Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Isi BBM Lebih Baik Malam Hari, Mitos atau Fakta?

Kompas.com - 27/03/2020, 17:12 WIB
Ari Purnomo,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Melakukan pengisian bahan bakar minyak (BBM) sudah menjadi hal wajib bagi para pemilik kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda empat.

Tetapi, selama ini ada anggapan bahwa pengisian BBM lebih baik dilakukan pada malam hari. Salah satu alasannya, saat mengisi pada siang hari akan terjadi penguapan pada BBM.

Imbasnya, jumlah BBM yang masuk ke dalam tangki bahan bakar juga akan berkurang atau tidak sesuai dengan takarannya.

Technical Support Manager PT Toyota Astra Motor (TAM) Didi Ahadi mengatakan, kemungkinan penguapan atau pemuaian saat membeli BBM pada siang hari memang mungkin terjadi.

Baca juga: Ban Motor Masih Kempis Setelah Ganti Tubeless, Coba Cek Ini!

Namun, persentase penguapan sangat kecil sekali hampir tidak akan dirasakan oleh pembeli saat mengisi bahan bakar.

“Menurut saya mungkin saja terjadi penguapan, tetapi sangat sedikit sekali atau tidak signifikan,” katanya kepada Kompas.com Jumat (27/3/2020).

Dengan kondisi tropis suhu antara 30 sampai 34 derajat, bisa membuat menguap. Tetapi, penguapan yang terjadi tidaklah banyak.

Petugas Mengisi bahan bakar di kios Pertamina di Jalan Tol Cikopo-Palimanan (Cipali), Jawa Barat, Kamis (15/6/2017). Kios Pertamina ini menyediakan BBM kaleng Pertamax, Pertamina Dex, dan Dexlite.KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Petugas Mengisi bahan bakar di kios Pertamina di Jalan Tol Cikopo-Palimanan (Cipali), Jawa Barat, Kamis (15/6/2017). Kios Pertamina ini menyediakan BBM kaleng Pertamax, Pertamina Dex, dan Dexlite.

“Jadi hidup tidak perlu dibikin susah, kalau habisnya siang hari masa harus menunggu malam hari hanya untuk isi BBM,” ucapnya.

Terpisah, Officer Communication and Relation Pertamina MOR IV Jateng DIY, Arya Yusa Dwicandra mengungkapkan, bahwa penguapan bahan bakar mungkin saja terjadi saat mengisi BBM pada siang hari.

Tetapi, dirinya tidak bisa menyebutkan secara pasti besaran persentase penguapan tersebut.

“Kalau secara prinsip semua benda cair pasti menguap jika terkena panas, tapi rincian berapa densitas yang berkurang dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk penguapan serta lainnya,” katanya.

Baca juga: Ini Efek Buruk jika Ban Mobil Dibiarkan Kempis

Sebelumnya, seorang peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Dr Ing Ir Tri Yuswidjajanto Zaenuri mengatakan, saat melakukan pengisian bahan bakar dalam kondisi cuaca panas terik, bisa memuai dan menguap.

Scott Nargar dari Hyundai sedang mengisi bahan bakar hidrogen di lokasi penelitian CSIRO di Brisbane. Scott Nargar dari Hyundai sedang mengisi bahan bakar hidrogen di lokasi penelitian CSIRO di Brisbane.

Dampaknya, saat bahan bakar dikonsumsi kendaraan konsumen, jumlah liter yang tertera pada dispenser bisa jadi lebih besar dan tidak sesuai dengan massanya. Artinya konsumen perlu membayar lebih banyak.

“Kan kita bayar rupiah per liter, ketika temperaturnya tinggi liternya bertambah padahal massanya tetap. Berarti yang kita bayar lebih untuk mendapatkan massa yang sama,” ucap Tri.

Tri menambahkan, BBM berbentuk cairan memuai ketika panas, cairan ini yang dihitung pada dispenser dalam jumlah liter, sedangkan uap tidak.

Baca juga: Alasan Ban Kendaraan Sering Kempis jika Lama Tak Dipakai

Tangki SPBU punya mekanisme khusus yang menyalurkan uap ke posisi dasar tangki. Meski jumlah liter dengan massa bisa berbeda, perbedaan ini pada konsumen tidak signifikan karena skalanya sangat kecil.

“Bedanya enggak sampai setengah liter juga. Misalnya densitas BBM 0,78 kg per liter, tergantung kenaikan temperatur, misalnya cuma menjadi 0,75 kg per liter. Ini kan bedanya kecil sekali, tapi kalau skala industri tentu berpengaruh makanya ada cara khusus menghitung namanya liter 15,” ujarnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau