JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan bahwa persiapan program biodiesel 40 persen (B40) sudah kembali berjalan setelah sempat ditunda akibat beberapa hal pada tahun lalu.
Hanya saja, dalam prosesnya saat ini masih ditemui berbagai tantangan di sisi teknikal, seperti adanya perbedaan dari sisi kandungan impurities dari B30 yang telah berjalan.
"Masih on going process, persiapan teknis sedang jalan untuk memastikan dapat berjalan lancar," kata Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (1/1/2022).
Baca juga: Tekan Emisi, Menperin Wajibkan Mobil Diesel Pakai Teknologi SCR
Lebih lanjut, persiapan dimaksud ialah dalam aspek road test alias uji jalan untuk kendaraan bermotor bergerak, alat berat, diesel kereta api, diesel kapal laut, dan lainnya.
Kemudian, ada finalisasi spesifikasi biodiesel FAME untuk B40 karena beda kandungan impurities dengan biodiesel program B30. Tak lupa, disiapkan juga industri dalam negeri untuk menghasilkan produk terkait.
"Program B40 punya manfaat yang banyak, seperti mengurangi impor BBM Diesel, mengatasi oversupply CPO sehingga harganya bisa dipertahankan pada tingkat yang remuneratif untuk petani rakyat," kata dia.
"Lalu, iklim usaha industri Biodiesel juga akan meningkat, karena beberapa negara lain sedang mempertimbangkan policy mandatory Biodiesel dengan pertimbangan energi bersih," kata Putu, melanjutkan.
Baca juga: Strategi Kemenperin untuk Akselerasi Industri Otomotif Tahun Depan
Sementara untuk program B50 yang dicanangkan Presiden RI Joko Widodo tahun lalu, akan direncanakan secara strategis dan operasional menunggu berjalannya program B40, sesuai jadwal bersama lintas kementerian.
Adapun progress program B30 selama tahun lalu, telah digunakan sampai 9,02 juta kilo liter (KL) dengan tingkat penghematan devisa negara 4,54 milliar dollar AS.
"Dalam data yang sama, pengurangan emisi GRK mencapai 24,4 juta ton CO2," kata Putu.
Sebelumnya, Pemerintah melalui Kementerian Energi Sumer Daya Mineral (ESDM) memutuskan untuk menunda kelanjutan program B40 di 2021 karena pertimbangan konsumsi BBM yang masih rendah dan harga minyak masih tinggi.
Sehingga, akan dibutuhkan tambahan insentif dan subsidi lebih besar dibandingkan saat merealisasikan program B30. Untuk diketahui, proyeksi besaran insentif program terkait sekitar Rp 46 triliun.
Baca juga: Catat, Aksi Main Hakim Sendiri hingga Merusak Kendaraan Bisa Dipenjara
Sementara fokusan pengeluaran negara saat ini untuk memulihkan berbagai sektor yang terdampak pandemi Covid-19.
"Per-tahun ini kita tidak melihat peningkatan B30 ke B40, namun secara teknis kita terus siapkan," kata Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) ESDM Dadan Kusdiana.
Selain kekurangan anggaran untuk insentif, ia menyebut pertimbangan lain belum diterapkannya B40 adalah karena konsumsi bahan bakar minyak (BBM) yang anjlok.
"Konsumsi BBM tidak nambah, sekarang kan harga sawit sedang baik-baiknya," ujarnya.
Baca juga: Catat, Ini Komponen Mobil yang Wajib Diperiksa Saat Musim Hujan
Kendati demikian, Dadan menyebut pihaknya tengah mempersiapkan unsur-unsur teknis untuk B40, yakni menguji dan meneliti dari kualitas dan spesifikasi biodiesel, persentase kadar air, serta persentase kontaminan pengotornya.
Ia juga mengatakan sudah memiliki komposisi untuk B40 ini dan sudah dilakukan pengetesan di mesin mobil dan lolos 1.000 jam.
Hanya saja saat dikonfirmasi ulang, sejauh ini belum ada jadwal resmi untuk penerapan program B40 di Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.