Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisnis Angkot Ambruk, Beberapa Sudah Gulung Tikar

Kompas.com - 15/04/2020, 07:02 WIB
Stanly Ravel,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Selain sektor industri, dampak pandemi corona (covid-19) juga menghantam sarana transportasi darat.

Bukan melulu masalah ojek online dan bus antar kota antar provinsi (AKAP) saja, angkutan kota yang akrab disapa angkot juga mulai ambruk.

Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta Shafruhan Sinungan mengatakan, pada dasarnya pagebluk corona memberikan petaka cukup besar di semua sektor transportasi. Tapi imbas ke moda darat jauh lebih signifikan secara jumlah kendaraan yang cukup banyak.

Baca juga: Ojol Lemas, Merasa Dipermainkan Aturan PSBB Jakarta

"Bicara kondisi angkutan darat di Jakarta, bisa bilang beberapa pengusahnya sudah ada yang ambruk, bahkan sudah ada yang gulung tikar, terutama pengusaha yang kecil ya dalam konteks bicara angkot mulai dari mikrolet, bajaj, dan lain sebagainya," ujar Shafruhan kepada Kompas.com, Selasa (14/3/2020).

Suasana jalur bus dan transjakarta yang lengang di Terminal Blok M, Jakarta Selatan, Selasa (24/3/2020). Terminal Blok M lebih lengang dibandingkan hari biasa karena sebagian perusahaan telah menerapkan bekerja dari rumah guna menekan penyebaran virus corona atau COVID-19.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Suasana jalur bus dan transjakarta yang lengang di Terminal Blok M, Jakarta Selatan, Selasa (24/3/2020). Terminal Blok M lebih lengang dibandingkan hari biasa karena sebagian perusahaan telah menerapkan bekerja dari rumah guna menekan penyebaran virus corona atau COVID-19.

Shafruhan menjelaskan efek pagebluk corona untuk angkot di Jakarta, tidak hanya terjadi pada saat adanya pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) saja, tapi sudah sejak awal Maret 2020.

Hari per hari, volume masyarakat yang menggunakan angkot drastis terjadi, apalagi sejak adanya imbauan agar masyarakat lebih menggunakan kendaraan pribadi bila terpaksa harus melakukan aktivitas di luar rumah.

Kondisi ini makin kronis saat PSBB resmi diberlakukan di Jakarta. Selain karena jam operasional transportasi di batasi, penumpangnya pun memang sudah makin mengalami penyusutan lagi.

Baca juga: Kabar Jimny Diproduksi di India, Ini Kata Suzuki Indonesia

"Pada dasarnya pengusahan angkutan itu kan sama dengan toko ritel, kalau tidak jualan ya tidak ada uang. Nah, angkot, kalau tidak gerak atau beroperasi, penghasilannya dari mana, tapi kalau beroperasi tidak ada penumpang malah makin salah lagi karena harus ada biaya BBM," ucap Shafruhan.

"Karena itu, kalau kita lihat saat ini sudah banyak pengusaha angkot yang mulai berguguran secara bisnis. Itu baru dari sisi pengusahanya, bagaimana dengan nasib karyawannya, yang pasti bisa dibayangkan sendiri kan," kata dia.

angkot di jakartagridoto.com angkot di jakarta

Pada masa PSBB, Safruhan mengatakan dari total seluruh angkot yang ada di Jakarta, yang sampai saat ini masih beroperasi sangat minim. Sementara, yang lain banyak yang sudah memilih tak bisa bergerak, selain karena regulasi juga karena faktor kondisi, terutama ekonomi.

Baca juga: Harga Tiket Bus AKAP Naik hingga 100 Persen

"Bisa dibayangkan sendiri, angkot itu tinggal 10 persen yang masih bergerak, termasuk bajaj, taksi, bus kota, dan mikrolet, sementara 90 persen lainnya sudah mulai kronis. Jadi kalau bicara dampak, angkot ini pun sangat merugi besar-besaran, " ucap Safruhan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau