Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Dasar Hukum Penyitaan Kendaraan yang Bisa Dilakukan Polisi

Kompas.com - 16/01/2023, 15:41 WIB
Dio Dananjaya,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Sejak surat tilang manual ditarik tak sedikit pengendara kemudian melepas pelat nomor atau TNKB (Tanda Nomor Kendaraan Bermotor). Hal ini bertujuan agar kamera Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE) kesulitan merekam pelanggar.

Pemerhati masalah transportasi dan hukum, Budiyanto, mengatakan, dibutuhkan cara lain untuk tetap menindak para pelanggar aturan lalu-lintas tersebut.

Salah satunya dengan penindakan tegas menyita langsung kendaraan tersebut, karena mencopot pelat nomor adalah tindakan melawan hukum dan berpotensi digunakan untuk tindak pidana kejahatan.

Baca juga: Diskon LMPV Awal Tahun, Stargazer Tembus Rp 35 Juta

Mobil berplat nomor AD 9490 NM, milik pelaku aksi balap mobil berintensitas Irdan (21) warga Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, mengaku melakukan aksinya pada 28 Juni 2022, pukul 01.00 WIB, lalu, yang dilaksanakan penyitaan oleh Polresta Solo.KOMPAS.COM/Fristin Intan Sulistyowati Mobil berplat nomor AD 9490 NM, milik pelaku aksi balap mobil berintensitas Irdan (21) warga Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, mengaku melakukan aksinya pada 28 Juni 2022, pukul 01.00 WIB, lalu, yang dilaksanakan penyitaan oleh Polresta Solo.

Meski begitu, sering dijumpai pelanggar lalu lintas menunjukan sikap menolak pada saat petugas akan menyita kendaraan bermotor sebagai barang bukti pelanggaran lalu lintas.

“Berbagai alasan beragam yang disampaikan oleh pelanggar terhadap petugas yang melakukan pemeriksaan antara lain tidak ada kendaraan lain untuk meneruskan perjalanan,” ujar Budiyanto, dalam keterangan tertulis, Senin (16/1/2023).

“Tidak ada uang untuk ongkos dan sebagainya, dan ketidaktahuan dalam pelanggaran lalu lintas, kendaraan bermotor dapat disita sebagai barang bukti tilang,” kata dia.

Baca juga: Berawal dari Kondektur, Sampai Jadi Pemilik Perusahaan Bus AKAP

Budiyanto menjelaskan, dasar hukum penyitaan kendaraan yang dilakukan polisi mengacu pada Pasal 260 ayat (1) huruf a UU No 22 Tahun 2009, yang berbunyi:

Dalam hal penindakan pelanggaran dan penyidikan tindak pidana, penyidik kepolisian negara RI selain yang diatur dalam kitab undang-undang hukum acara pidana dan undang-undang tentang kepolisian negara RI, di bidang lalu lintas dan angkutan jalan berwenang memberhentikan, melarang atau menunda pengoperasian dan menyita sementara kendaraan bermotor yang patut diduga melanggar peraturan lalu lintas atau merupakan alat dan/atau hasil kejahatan.

Baca juga: Rossi Naik Podium Bersama Sean Gelael di 24 Hours of Dubai

Polisi lalu lintas menilang sejumlah pengendara motor yang melawan arah di Jalan Panglima Polim tepatnya di Stasiun MRT Blok A, Pulo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Kamis (30/9/2021) sore.KOMPAS.com/WAHYU ADITYO PRODJO Polisi lalu lintas menilang sejumlah pengendara motor yang melawan arah di Jalan Panglima Polim tepatnya di Stasiun MRT Blok A, Pulo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Kamis (30/9/2021) sore.

Kemudian pada Pasal 32 ayat (6) PP No 80 tahun 2012 tentang tata cara pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan dan penindakan pelanggaran lalu lintas dan angkutan jalan disebutkan alasan lain kendaraan disita atau ditahan, yakni :

a. Kendaraan bermotor tidak dilengkapi dengan STNK yang sah pada waktu dilakukan pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com