YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Transmisi jenis CVT banyak disematkan pada mobil matik modern. Hal itu berkaitan dengan kenyaman yang dihasilkan oleh komponen tersebut dalam mengubah percepatan.
Selain itu, transmisi CVT identik dengan karakter yang halus serta mampu memanfaatkan putaran rendah mesin menjadi putaran tinggi output transmisi. Hal ini tentu saja bisa menghemat konsumsi bahan bakar.
Namun, CVT memiliki kelemahan yaitu bila sudah rusak pada komponen mekanismenya maka perlu dilakukan penggantian satu set transmisi.
Sehingga, untuk menentukan perlu dilakukan penggantian satu set atau tidak, harus dilakukan pemeriksaan. Berikut ini caranya.
Baca juga: Jika CVT Mobil Matik Rusak Harus Ganti Satu Gelondong?
Pemilik Aha Motor Spesialis Nissan & Datsun Hardi Wibowo, mengatakan bila komponen utama CVT sudah rusak, meliputi sabuk baja dan puli sudah aus maka besar kemungkinan kerusakan sudah menyebar ke seluruh saluran oli pada CVT.
“Kalau sabuk baja sudah aus, ditandai dengan terkikisnya permukaan yang bersentuhan langsung dengan puli sudah rata, atau garis celah antar baja sudah tidak terlihat maka itu tandanya sabuk baja sudah rusak,” ucap Hardi kepada Kompas.com, Sabtu (24/9/2022).
Dia mengatakan bila sabuk baja rusak, secara pasti juga akan berpengaruh pada puli yang bersentuhan langsung.
Baca juga: Waspada, Ini Perilaku yang Bikin Pendek Usia Transmisi CVT
“Sedangkan pada puli, ditandai dengan permukaan puli yang tidak rata atau bergaris, hal itu membuat pergerakan puli tidak halus bahkan membuat gesekan yang dapat memperparah kerusakan karena menghasilkan serbuk baja,” ucap Hardi.
Dia juga menjelaskan, serbuk baja yang terbawa oleh oli akan membuat piston dan saluran-saluran di dalam valve control tersumbat atau aus, dan menyebabkan macet.
“Ketika piston pompa atau plunyer-plunyer di dalam control valve aus, ditandai dengan luka gores atau tidak mengkilap, itu akan membuatnya tidak presisi lagi karena terjadi pengikisan, itu rawan mengalami macet karena posisinya menjadi terjepit, jika piston macet maka kinerja oli CVT yang seharusnya mengalir menjadi macet,” ucap Hardi.
Baca juga: Mitos atau Fakta, Transmisi CVT Tak Cocok Buat Tanjakan?
Dia mengatakan macetnya aliran oli CVT sangat berpengaruh pada kinerja perubahan diameter puli yang akan menentukan rasio percepatan sesuai kebutuhan.
“Jika pergerakan puli ini tidak akurat karena oli CVT tidak mengalir dengan lancar, tidak dengan tekanan yang sesuai, maka rawan terjadi slip, sehingga menjadi pemicu puli dan sabuk baja rusak,” ucap Hardi.
Jadi, bila komponen-komponen tersebut sudah terlihat aus atau ada luka gores maka komponen tersebut dinyatakan sudah tidak bisa dipakai lagi. Dan serbuk baja yang dihasilkan membuat CVT cenderung mengalami kerusakan di semua sisi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.