Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Komunitas Kawal Ambulans Beroperasi di Tengah Pengguna Jalan

Kompas.com - 22/03/2021, 09:02 WIB
Dio Dananjaya,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Masih banyaknya pengguna jalan yang abai dengan ambulans, memicu tumbuhnya sejumlah komunitas pengawalan di berbagai daerah. Salah satunya seperti Indonesia Escorting Ambulance (IEA) yang sudah aktif sejak 2018.

Padahal jika semua pengguna jalan mendahulukan ambulans yang mengangkut orang sakit, maka komunitas escorting ambulance tentu tidak perlu repot-repot melakukan pengawalan.

Kabid Humas Nasional Indonesia Escorting Ambulance (IEA) Sidqi Muhammad Luthfi mengatakan, kesadaran pengguna jalan untuk mendahulukan ambulans masih rendah.

Baca juga: Bocor, Ini Tampang Hyundai Staria MPV Mewah Pesaing Alphard

Komunitas motor pengawal ambulans, Indonesia Escorting Ambulance (IEA)Instagram @IEA_Depok Komunitas motor pengawal ambulans, Indonesia Escorting Ambulance (IEA)

“Kalau melihat aturan, ambulans itu kan kendaraan prioritas dengan hak utama. Tapi masih banyak yang bodo amat,” ujar Sidqi, kepada Kompas.com (21/3/2021).

Menurutnya, jika sudah mendengar sirine ambulans sebaiknya para pengguna jalan langsung menepi atau paling tidak memberikan ruang untuk menyalip.

“Menepi sebentar dapat menyelamatkan nyawa orang, karena kita tidak bisa mengetahui keadaan pasien di dalam ambulans. Tiap detik jadi waktu berharga buat kondisi pasien,” ucap Sidqi.

Baca juga: Waspada Macet, Ada Perbaikan Jalan di KM 25 Tol Jakarta-Cikampek

Ilustrasi pengawal ambulans resmi di luar negeri.LOIC VENANCE Ilustrasi pengawal ambulans resmi di luar negeri.

Dengan memberi jalan bagi ambulans, pengguna jalan tidak hanya patuh terhadap hukum, tapi juga memberikan kesempatan buat pasien agar mendapat penanganan medis yang cepat dan tepat dalam kondisi darurat.

Selain itu, Sidqi juga mengingatkan pada pengguna jalan supaya tidak memanfaatkan situasi dengan membuntuti ambulans agar bisa lebih cepat.

Ambulans yang sedang dikawal bukan untuk diikuti, karena berbahaya. Bayangkan ambulans yang melaju dengan kecepatan tinggi bisa tiba-tiba ngerem, kalau yang di belakang tidak siap bisa kecelakaan,” tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau