Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sampai Kapan Toyota Indonesia Andalkan Penggerak Roda Belakang?

Kompas.com - 25/11/2015, 13:32 WIB
Febri Ardani Saragih

Penulis

Karawang, KompasOtomotif – Toyota Indonesia tetap mengembangkan layout mesin mobil di depan dengan penggerak roda belakang. Keuntungannya, konfigurasi itu dianggap sesuai dengan karakter jalan-jalan Indonesia, tapi kekurangannya pada faktor konsumsi bahan bakar dan keleluasaan desain. Lantas sampai kapan Toyota Indonesia akan bertahan demikian?

Avanza dan produk IMV (Internetional Multi-purpose Vehicle) yaitu Kijang Innova, Fortuner, Hilux, adalah sebagian model gerak roda belakang yang dijual Toyota di Indonesia. Yui Hastoro, Direktur Technical Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), menjelaskan, itulah salah satu alasan kenapa keempat model itu diterima masyarakat.

Cerita paling sukses ditorehkan Avanza, sebagai model terlaris sepanjang sejarah Toyota Indonesia. Penjualannya menyebar ke pelosok dengan karakter jalan rusak, tanjakan, dan belum didukung infratruktur memadai. Ban belakang yang memutar dirasa bisa lebih diandalkan ketimbang mobil “ditarik” ban depan.

Febri Ardani/KompasOtomotif "Ladder frame" Toyota All-New Kijang Innova.
Beda dengan Avanza yang punya bodi monokok, Innova, Fortuner, dan Hilux, menggunakan ladder frame. Banyak pendapat mengatakan ladder frame unggul durabilitas tapi membuat mobil boros bahan bakar.

“Ada kelebihan dan kekurangan. Keunggulannya, lebih tahan terhadap kondisi jalan yang tidak bagus. Sasis itu lebih ‘multi-performance vehicle’ (konsep pengembangan All-New Innova). Kalau monokok punya keunggulan lebih ringan, lebih irit, manuvernya lebih mudah karena bisa berpenggerak roda depan,” ujar Yui saat perayaan produksi massal Innova di Karawang, Jawa Barat, Selasa (24/11/2015).

Monokok lebih murah

Kekurangan lain pada penggerak roda belakang yaitu penggunakan komponen mekanis propeller shaft yang tugasnya menyalurkan torsi dari mesin di depan ke roda belakang. Keberadaannya memengaruhi desain lantai yang membatasi rancangan kabin, selain itu lebih bising karena gesekan komponen.

Dipandang dari sudut produksi Yui bilang monokok lebih murah dibanding ladder frame. “Pasti monokok karena frame ga ada, propeller shaft ga ada, dan shaft axle ga ada. Lagipula desain lebih luas karena lantainya rata,” papar Yui.

Wait and see

Kecenderungannya, monokok dengan penggerak roda depan punya banyak keunggulan ketimbang penggerak roda belakang plus ladder frame. Lantas KompasOtomotif bertanya, apakah ada wacana Toyota Indonesia beralih?

“Sampai saat ini kita masih ‘wait and see’,” jawab Yui. Faktor paling penting yang memengaruhi, jelasnya, yakni kebutuhan konsumen, kondisi infrastruktur, dan peraturan pemerintah.

“Pengembangan Toyota melihat lima sampai 10 tahun ke depan. Bagaimana kita berkomunikasi dengan stakeholder, pemerintah atau konsumen, sehingga ke depannya seperti apa,” ujar Yui.

Kondisi sekarang pengembangan Toyota melibatkan “bagian atas” mobil, sementara di bagian bawah tetap sama. Salah satu strategi yang dilakukan, mengimbangi pengembangan yang sudah ada dengan pembaruan pada mesin dan bodi agar tingkat efisiensi bahan bakar bisa ditingkatkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com