Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Fenomena Truk ODOL, Sopir Butuh Kernet tapi Pendapatan Minim

Kompas.com - 26/02/2022, 12:41 WIB
Dio Dananjaya,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Fenomena truk ODOL (over dimension dan overload) belakangan kembali ramai. Apalagi setelah sopir truk dari berbagai daerah melakukan aksi unjuk rasa menolak aturan ODOL.

Djoko Setijowarno, akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata dan Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, mengatakan, pengemudi truk saat ini sudah jarang yang membawa kernet. Dampaknya, regenerasi sopir truk terhambat alias tidak ada.

“Saat ini pengemudi truk jarang ada yang mau membawa kernet agar masih ada sisa uang yang bisa dibawa pulang untuk keluarganya," tutur Djoko, dalam keterangan tertulis (25/2/2022).

Baca juga: Quartararo Posting Foto Sirkuit Ngebul, Diduga Mandalika

Sejumlah anak menyaksikan rombongan truk yang tergabung dalam Asosiasi Pengemudi Independen (API) Jateng  melaju di Jalan Siliwangi Semarang saat  aksi pawai demo tolak aturan ODOL menuju Kantor Dinas Perhubungan Jawa Tengah di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (22/2/2022). Dalam aksi tersebut mereka menolak kebijakan pemerintah terkait pembatasan dan pelarangan truk over dimension loading (ODOL) atau kelebihan dimensi dan muatan yang dinilai akan merugikan mereka, serta menuntut adanya revisi UU No 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan.ANTARA FOTO/AJI STYAWAN Sejumlah anak menyaksikan rombongan truk yang tergabung dalam Asosiasi Pengemudi Independen (API) Jateng melaju di Jalan Siliwangi Semarang saat aksi pawai demo tolak aturan ODOL menuju Kantor Dinas Perhubungan Jawa Tengah di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (22/2/2022). Dalam aksi tersebut mereka menolak kebijakan pemerintah terkait pembatasan dan pelarangan truk over dimension loading (ODOL) atau kelebihan dimensi dan muatan yang dinilai akan merugikan mereka, serta menuntut adanya revisi UU No 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan.

“Biasanya sopir belajar mengemudi ketika dia menjadi kernet, menggantikan sopir yang lelah. Namun karena saat ini ongkos muat kembali ke angka pada tahun 2000-an, sudah terlalu minim, maka perolehan bagi hasil antara pengemudi dengan pengusaha truk pun anjlok,” ujar dia.

Menurut Djoko, selain mengakibatkan kaderisasi pengemudi truk jadi terhambat, banyaknya pengemudi truk yang tidak membawa pendamping atau kernet sama sekali juga menyebabkan tingginya angka kecelakaan tunggal.

Sebab waktu dan tenaga yang mestinya sopir gunakan untuk istirahat terpaksa dia gunakan untuk melakukan pekerjaan kernet.

Baca juga: Suzuki Luncurkan Baleno Model Baru, Harga Mulai Rp 120 Jutaan

Ratusan sopir truk Eks Karesidenan Pati dengan menumpang armadanya menggelar aksi unjuk rasa menolak kebijakan over dimension and overloading (ODOL) di jalur Pantura Kudus, Jawa Tengah, Selasa (22/2/2022) pagi sekitar pukul 09.30.DOKUMEN POLRES KUDUS Ratusan sopir truk Eks Karesidenan Pati dengan menumpang armadanya menggelar aksi unjuk rasa menolak kebijakan over dimension and overloading (ODOL) di jalur Pantura Kudus, Jawa Tengah, Selasa (22/2/2022) pagi sekitar pukul 09.30.

Biasanya jika ada kernet, pengemudi bisa tidur saat bongkar dan muat barang. Namun tidak adanya kernet mengharuskan pengemudi harus melakukan penghitungan barang yang dibongkar dan dimuat.

"Pengemudi truk juga harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk menutup barang muatan. Selain itu, masih juga harus melakukan perawatan kendaraan, seperti melakukan pengecekan tekanan angin dan bahkan melakukan bongkar dan pasang ban sendiri,” kata Djoko.

Selain itu, istirahat pengemudi pun jadi tidak relaks benar. Pasalnya, jika tidurnya terlalu lelap, ketika bangun bisa hilang semua barang bawaannya.

Baca juga: Intip Harga Bekas Koleksi Mobil Indra Kenz Beserta Pajaknya

Pemotongan Truk ODOL di Merak, BantenKEMENHUB/Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Pemotongan Truk ODOL di Merak, Banten

Seiring juga ketika ada sopir yang tertidur terlalu lelap di rest area jalan tol, maka muatan truk akan digerayangi oleh pencuri yang berada di situ atau barang muatannya dilubangi dan diambil oleh begal truk.

"Sekarang malah yang lebih populer lagi adalah pencurian speedometer, accu, dinamo dan ban cadangan," ujar Djoko.

Ia menambahkan, pengemudi truk dinilai menanggung beban sistem logistik yang salah. Para sopir ini harus bertanggung jawan atas barang-barang yang dibawa. Kemudian setiap terjadi kecelakaan lalu lintas, pengemudi dijadikan tersangka.

Baca juga: Demi Penumpang, Bangku Bus Sekarang Makin Lebar

Direktur Jenderal Perhubungan Darat Budi Setiyadi, lakukan pemotongan truk ODOL di Banyuwangi.Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Direktur Jenderal Perhubungan Darat Budi Setiyadi, lakukan pemotongan truk ODOL di Banyuwangi.

Kemudian setiap terjadi kecelakaan lalu lintas, pengemudi dijadikan tersangka. Belum lagi masih suburnya pungli di sepanjang perjalanan aliran logistik, serta minimnya bimbingan teknis.

"Jadikan pengemudi truk itu mitra, bukan tersangka. Kompetensi pengemudi truk ditingkatkan, pendapatan dinaikkan," ucap Djoko.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau