JAKARTA, KOMPAS.com – Telat ganti oli transmisi bisa jadi bencana. Bukan cuma bikin mobil matik nyendat, tapi juga berpotensi merusak sistem girboks yang nilainya bisa mencapai belasan juta rupiah.
Menurut Lung Lung, pemilik Dokter Mobil, salah satu penyebab utama kerusakan transmisi otomatis adalah kelalaian dalam mengganti oli sesuai jadwal.
“Begitu oli transmisinya kotor atau sudah aus, gesekan antar komponen jadi tidak optimal. Lama-lama muncul gejala seperti perpindahan gigi kasar, hentakan, sampai slip,” kata Lung Lung kepada Kompas.com, Senin (21/4/2025).
Baca juga: Mulai 23 April, Tarif Tol BORR Simpang Yasmin–Simpang Semplak Naik
Ia menjelaskan, oli transmisi berfungsi melumasi, mendinginkan, dan menjaga tekanan hidrolik dalam sistem. Bila kualitasnya menurun, kinerja transmisi ikut terganggu dan bisa menyebabkan keausan permanen.
“Kalau sudah slip atau loncat gigi, biasanya kerusakan sudah cukup parah. Kadang harus turun transmisi, dan itu biayanya enggak sedikit,” ujarnya.
Idealnya, penggantian oli transmisi otomatis dilakukan setiap 40.000–60.000 km, tergantung jenis kendaraan dan kondisi pemakaian. Pada mobil yang sering dipakai di kemacetan, disarankan menggantinya lebih cepat.
Selain itu, pemilik mobil juga bisa melakukan pengecekan mandiri dengan melihat warna dan bau oli. Oli yang masih sehat biasanya berwarna merah jernih dan tidak berbau gosong.
Baca juga: Pembangunan Pabrik BYD Indonesia di Subang Diganggu Ormas
“Kalau warnanya sudah kecokelatan atau bau terbakar, itu tanda harus segera diganti. Jangan tunggu sampai mobil bermasalah,” kata Lung Lung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.