JAKARTA, KOMPAS.com - Tak bisa dipungkiri bila dampak dari pandemi Covid-19 membuat industri otomotif terpukul cukup babak belur di 2020.
Walau dalam beberapa bulan terakhir pasar membaik, namun proses pemulihannya tak akan mudah seperti membalikan telapak tangan, apalagi bila dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya.
Bob Azzam, Direktur Administrasi, Korporasi, dan Hubungan Eksternal PT TMMIN, mengatakan sebenarnya dibandingkan dengan negara ASEAN lain, tingkat confidence Indonesia dengan Vietnam, Thailand, dan Malaysia mirip-mirip ada diangka 49.
Bahkan pada November Indonesia bisa tembus sampai 50 yang seharusnya sudah masuk dalam zona confidence dari sisi suplainya. Dengan demikian, artinya secara persentase harusnya tidak berbeda jauh.
Baca juga: Toyota Kasih Sinyal Produksi Avanza atau Innova Hybrid
"Sebenarnya prinsipnya hampir sama, tetap di negara lain itu proses pemulihannya lebih cepat karena mereka (pemerintah) ada stimulus yang diberikan terhadap industri otomotinya, sehingga industrinya bisa masuk di atas 70 persen dibandingkan sebelum Covid," ucap Bob dalam konferensi pers virtual Toyota, Rabu (16/12/2020).
"Angka 70 persen ini penting sekali karena merupakan titik recovery dimana industri itu mulai bekerja di atas break even. Jadi mulai ada profitnya, tapi kalau kita masih di bawah 70 persen, artinya kita masih dalam tekanan untuk melakukan efesiensi," kata dia.
Lantaran itu, Bob menjelaskan bila Toyota pada 2021 sangat berharap bisa masuk ke titik 70 persen dibandingkan sebelum wabah corona melanda agar bisa masuk ke fase new normal.
Dengan demikian pula, artinya, industri bisa mendapat untung dengan berada di atas titik brake even atau kondisi di mana jumlah pengeluaran yang diperlukan untuk biaya produksi sama dengan jumlah pendapatan yang diterima dari penjualan, alias impas.
Baca juga: Aktivitas Digital Jadi Kunci Penjualan Toyota Selama Pandemi
Terkait masalah stimulus dari pemerintah, Bob menjelaskan kendalanya lantaran kondisi di Indonesia yang masih dalam tahap survival akibat pandemi yang belum mereda.
"Periodenya iada tiga, survival, recovery, dan new normal. Selama ada pembatasan, itu suvival bentuk bantuannya likuiditas, saat masuk masa recovery bantuannya berubah menjadi bantuan modal kerja. Jadi dibandingkan dengan negara lain, memang mereka lebih advance bahkan bisa dibilang sudah masuk ke new normal," ucap Bob.
Namun demikian, negara-negara tersebut secara pemulihan ekspornya belum terlalu baik, bahkan dibandingkan Indonesia sekalipun.
Hal tersebut menurut Bob menjadi kasus yang miris lantaran nilai ekonominya dari negara-negara tersebut sangat tergantung dari aktifitas ekspor. Tapi dilain sisi, kondisi tersebut membuat pemerintahannya mengolontorkan intensif untuk meningkatkan konsumsi dalam negeri guna menggerakan roda ekonomi.
"Karena mereka belum bisa memulihkan ekspor, akhirnya mereka menumpahkan untuk konsumsi dalam negeri untuk mendorong ekonominya. Sehingga mereka bisa lebih leluasa untuk memberikan intensif dalam meningkatkan konsumsi, karena bila tidak ekonominya tidak jalan," kata Bob.
Market Toyota
Sementara itu, Direktur Pemasaran Toyoto Astra Motor (TAM) Anton Jimmy Suwandi, optimis bila pasar tahun ini berada di atas 500.000 atau bisa menyentuh 556.000.