Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Tantangan Transisi Kendaraan Listrik di Indonesia

Kompas.com - 26/09/2023, 10:22 WIB
Ruly Kurniawan,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi mengatakan bila masih ada sejumlah tantangan yang harus diselesaikan Indonesia untuk menuju era elektrifikasi kendaraan bermotor.

Pertama ialah kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) alias Battery electric vehicle (BEV) masih belum menjadi pilihan sebagian besar konsumen Tanah Air karena harganya yang relatif lebih mahal daripada jenis kendaraan lain.

"Pasar terbesar di Indonesia sebenarnya ialah mobil seharga Rp 300 juta yang setidaknya bisa muat empat sampai lima orang. Anda tidak bisa menjual mobil kecil di sini, hanya bisa dua orang dengan tambahan kursi kecil," katanya dalam Webinar The 1st OJK International Resarch Forum 2023 yang disiarkan di YouTube resmi OJK, Senin (25/9/2023).

Baca juga: Etika Berkendara di Jalan Macet, Sabar dan Jangan Asal Klakson

Ilustrasi kendaraan listrik, mobil listrik. SHUTTERSTOCK/GUTEKSK7 Ilustrasi kendaraan listrik, mobil listrik.

"Jadi, pada harga mobil sekitar Rp 300 juta atau di bawah Rp 200 juta maka pasar akan jadi besar," lanjut Nangoi.

Pernyataan tersebut diperkuat dengan data penjualan mobil listrik yang sudah dirangkum oleh Gaikindo, di mana pada tahun lalu penjualan Wuling Air ev mampu membukukan total penjualan 8.422 unit.

Jauh lebih besar dari Hyundai Ioniq 5 dengan 1.865 unit. Hal itu karena ada perbedaan di sisi harga yang cukup jauh yaitu sekitar Rp 200 juta (Air ev dijual Rp 300 jutaan).

"Sementara pada sepanjang tahun ini, penjualan mobil hybrid melesat sangat jauh dengan mencapai 30.153 unit. BEV total baru 8.251 unit. Hal ini karena produk yang berkembang," lanjut Nangoi.

Baca juga: Banyak Kasus Truk Rem Blong, Sopir Wajib Paham Brake Check

Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi dalam Webinar The 1st OJK International Resarch Forum 2023 yang disiarkan di YouTube resmi OJK, Senin (25/9/2023).Screenshoot/OJK Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi dalam Webinar The 1st OJK International Resarch Forum 2023 yang disiarkan di YouTube resmi OJK, Senin (25/9/2023).

Tantangan selanjutnya ialah pengembangan pasar kendaraan listrik, masih membutuhkan lebih banyak insentif fiskal daripada yang saat ini disediakan.

Terlebih kini seluruh dunia sedang mengeluarkan kebijakan serupa guna mendorong pasar dan meningkatkan investasi. Mereka belomba-lomba dalam mempercepat proses transisi.

“Semua teknologi x-EV (HEV, PHEV dan BEV) diberikan kesempatan untuk menjadi bagian dari program pengembangan x-EV, karena semua dapat berperan dalam mengurangi emisi, memberikan pilihan bagi konsumen, dan mempertimbangkan Nilai Ekonomi Karbon,” katanya.

Ketiga, ialah hal-hal yang berkaitan dengan variasi produk di pasar. Semakin beragamnya kendaraan listrik, dipercaya bisa merangsang daya beli masyarakat lebih luas.

Tantangan keempat, ialah prihal ketersediaan infrastruktur pendukung kendaraan listrik berupa charging station guna meningkatkan kepercayaan dan keinginan konsumen untuk beralih ke sana.

Baca juga: Pemotor Tabrak Pesepeda Sampai Tewas, Lawan Arah Makin Miris

"Saya setuju EV akan menjadi kendaraan masa depan kita. Tetapi infrastrukturnya harus diselesaikan dahulu (ketersediaannya)," ucap Nangoi.

“Terakhir, mengurangi biaya melakukan bisnis dan menyederhanakan proses mendirikan perusahaan yang termasuk dalam rantai nilai dan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia,” kata dia lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau