Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mau Perbanyak Bus Listrik, KNKT Tanya Cara Evakuasi Saat Kecelakaan

Kompas.com - 20/03/2021, 07:02 WIB
Muhammad Fathan Radityasani,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Perkembangan kendaraan listrik sudah merambah ke sektor niaga. Bahkan Kementerian Perhubungan sedang menyiapkan road map armada transportasi darat menggunakan bus listrik berbasis baterai.

Nantinya, semua bus yang digunakan untuk angkutan umum, sudah tidak menggunakan mesin diesel konvensional, melainkan full listrik. Rencana ini dilakukan, salah satunya demi mengurangi emisi dan polusi udara. Namun, ada hal lain yang perlu jadi perhatian.

Ketua Komite Nasional Keselamatan Tranportasi Soerjanto Tjahjono mengatakan, energi listrik yang saat ini digunakan pada kendaraan listrik maupun bus listrik, memiliki tegangan yang tinggi, lebih dari 600 volt.

Baca juga: Imbas PPnBM, Daihatsu Banjir SPK Terios dan Xenia

“Kalau bus listrik kecelakaan, ada orang yang menolong seperti cara yang sekarang (bus konvensional) malah bisa tersengat listrik, lalu meninggal,” ucap Soerjanto dalam acara Accident Review Forum “Keselamatan Kelistrikan Mobil Bus” pada hari Kamis (18/3/2021).

KNKT meminta para stakeholder yang berkaitan dengan bus listrik, harus mampu menyelamatkan korban di bus dengan cara yang aman, jangan sampai ikut jadi korban. Karena begitu bus listrik tabrakan, khawatir adanya kabel putus atau hal lain yang membahayakan.

“Ini yang belum dipikirkan mengenai bagaimana kita me-rescue kendaraan listrik,” kata Soerjanto.

Baca juga: Motor Pakai Knalpot Bising Ditahan, Bagaimana dengan Moge?

Selain itu, Soerjanto juga mengatakan kalau dirinya pernah memeriksa bus listrik dari ATPM yang mau masuk ke Indonesia. Kejadian ini ditemukan KNKT bersama tim penguji di Pulo Gadung saat ingin memeriksa bus listrik.

“Kita terkejut, ketika kita buka, kok wiring-nya enggak memenuhi standar keselamatan, padahal bus baru dari ATPM. Kabelnya ditekuk, lalu ada yang kena pelat, lah ini sama saja dengan karoseri kita tiga tahun yang lalu,” ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau