Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Janggal, Uji Berkala Bus dan Truk Tidak Termasuk Sistem Kelistrikan

Kompas.com - 19/03/2021, 10:22 WIB
Muhammad Fathan Radityasani,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Kasus kebakaran bus relatif kerap terjadi di Indonesia. Kebanyakan penyebabnya yaitu munculnya percikan api karena korsleting yang kemudian membakar bus.

Padahal penyebab korsleting pada bus ini sebenarnya bisa dicegah. Misalnya dengan desain kelistrikan yang baik, instalasi listrik yang benar serta menggunakan material yang sesuai standar.

Dalam acara Accident Review Forum “Keselamatan Kelistrikan Mobil Bus”, Kamis (18/3/2021), ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono mengatakan, masalah kelistrikan bus tolong dilihat saat uji berkala atau KIR.

Baca juga: Harga Toyota Vios Bekas Mulai Rp 40 Jutaan

Ilustrasi uji KIR di wilayah Jawa Tengah yang menerapkan protokol kesehatan.jatengprov.go.id Ilustrasi uji KIR di wilayah Jawa Tengah yang menerapkan protokol kesehatan.

“Untuk teman-teman di balai pengujian atau BPTD, ketika bus ini masuk untuk pengujian berkala, tolong lah lihat juga masalah kelistrikan. Kalau kabelnya semrawut, minta untuk dirapikan dulu,” ucap Soerjanto.

Imbuhan untuk memerhatikan kelistrikan bus merupakan sebuah tambahan bagi penguji. Soerjanto mengatakan, agak janggal kalau sampai saat ini dalam uji berkala, masalah kelistrikan masih tidak termasuk dalam pengecekan.

“Kita harap juga teman-teman Perusahaan Otobus (PO) harus memiliki mekanik yang memang memahami kelistrikan dengan baik, tidak asal pasang kabel,” kata Soerjanto.

Baca juga: Harga Jimny Bekas Mahal, Konsumen Beralih ke Katana dan Jimny Lawas

Kabel-kabel yang melalui bagian bodi bus yang tajam, ketika bergesekan akan berpotensi membuka lapisan isolasi kabel. Oleh karena itu, risiko bus mengalami korsleting menjadi tinggi.

“Beberapa kecelakaan bus terbakar terjadi karena banyaknya kabel yang melewati plat atau lubang yang tidak diberi pengaman, sehingga terjadi gesekan lalu terbakar,” ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau