Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jajal Usaha Logistik, PO Bus Terbatas Hanya Kirim Paket Tertentu

Kompas.com - 21/04/2020, 16:43 WIB
Dio Dananjaya,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Di tengah pandemi virus corona atau Covid-19, para pengusaha bus atau Perusahaan Otobus (PO) jadi salah satu sektor usaha yang merasakan dampak signifikan.

Apalagi dengan berlakunya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah daerah, yang secara otomatis menurunkan jumlah okupansi penumpang.

Kurnia Lesani Adnan, Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI), mengatakan, sejak pertengahan Maret 2020, sektor bus pariwisata sudah tak mendapat pemasukan.

Sementara bus antar kota antar provinsi (AKAP) pada Maret lalu masih beroperasi sebagian, dan April saat ini tersisa tinggal 10 persen.

Baca juga: Mudik Dilarang, Polisi Siapkan Rencana Penutupan Jalan Tol dan Non-Tol

Ilustrasi bus AKAP di sebuah terminaltribunnews.com Ilustrasi bus AKAP di sebuah terminal

Dengan diterapkannya larangan mudik, pada Mei mendatang diperkirakan jumlah penumpang bus AKAP anjlok 100 persen. Lantaran sudah tak bisa mengantar penumpang ke sejumlah tujuan.

Salah satu strategi mengisi kekosongan, beberapa perusahaan bus kini putar otak mencoba bisnis angkutan logistik yang masih diperbolehkan pemerintah.

“Sektor logistik memang bisa dimanfaatkan, tapi sekarang kuenya sudah sangat mengecil. Belum lagi logistik yang diperbolehkan hanya angkutan sembako,” ucap Sani.

“Saya sendiri ada usaha logistik, biasanya seminggu bisa 50-70 truk, sekarang 5 truk saja sudah bagus. Karena aktivitas di sejumlah daerah menurun, pengiriman pun tidak banyak,” katanya.

Baca juga: Mudik Dilarang Pemerintah, Pengusaha Bus: Artinya Selesai buat Kami

Foto dirilis Kamis (2/5/2019), menunjukkan pekerja menyusun kardus makanan ringan sebelum didistribusikan di pusat pengolahan makanan ringan Klitik Irwan di Cirebon, Jawa Barat. Sentra produksi makanan ringan ini telah menggunakan jaringan gas bumi selama 22 tahun, yang jauh lebih hemat, murah, serta aman dibanding bahan bakar lainnya.ANTARA FOTO/M AGUNG RAJASA Foto dirilis Kamis (2/5/2019), menunjukkan pekerja menyusun kardus makanan ringan sebelum didistribusikan di pusat pengolahan makanan ringan Klitik Irwan di Cirebon, Jawa Barat. Sentra produksi makanan ringan ini telah menggunakan jaringan gas bumi selama 22 tahun, yang jauh lebih hemat, murah, serta aman dibanding bahan bakar lainnya.

Sani menambahkan, pengiriman paket menggunakan bus sebetulnya bukan pekerjaan yang utama.

Jasa ini awalnya muncul karena penumpang kerap membawa barang belanjaan yang cukup banyak untuk dibawa ke daerah tujuan.

“Selama ini kargo bisa ada karena penumpang kami belanja, misal rute Jakarta-Solo, dia naik bus sekalian bawa belanjaan untuk dijual ke daerah,” ujar Sani.

“Bus hanya bisa membawa kargo, paket ringan, seperti dus. Karena kami enggak bisa muat minyak, air mineral, dan sebagainya,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com