Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sistem Pengereman Bus Ada 2 Jenis, Mana yang Lebih Aman?

Kompas.com - 13/05/2024, 13:12 WIB
Erwin Setiawan,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

KLATEN, KOMPAS.com - Peristiwa rem blong kerap menimpa bus. Tak sedikit pula menyebabkan korban jiwa sehingga disayangkan oleh berbagai pihak.

Belum lama ini rem blong menimpa bus pariwisata Trans Putera Fajar AD 7524 OG yang mengangkut pelajar SMK Lingga Kencana Depok di Subang, Jawa Barat, Sabtu (11/5/2024).

Kecelakaan tersebut menewaskan 11 orang, 13 luka berat dan 40 luka ringan setelah bus sempat terguling usai menabrak mobil dan pengendara sepeda motor.

Baca juga: Berkaca Kecelakaan di Ciater, Polisi Imbau Masyarakat Cek Dulu Izin dan Kondisi Bus Pariwisata


Kurnia Lesani Adnan, Ketua IPOMI & Ketua Bidang Angkutan Orang DPP Organda mengatakan penyebab terjadinya rem blong pada bus sebenarnya ada banyak faktor, tidak hanya dari kinerja rem rusak saja.

Rem blong yang banyak dituduhkan setiap ada kecelakaan itu sejatinya bukan karena kinerja rem rusak saja, namun lebih banyak karena kemampuan remnya menurun seiring pemakaian atau istilahnya brake fading,” ucap Sani kepada Kompas.com, Minggu (12/5/2024).

Kendati demikian, Sani tidak memungkiri bahwa kejadian rem blong pada bus bisa terjadi akibat kesalahan teknis seperti terjadinya malafungsi pada komponen rem.

Baca juga: KNKT Investigasi Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang, Fokus pada Kelayakan Kendaraan

Mobil derek berusaha mengevakuasi bus yang terlibat kecelakaan di Desa Palasari, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Sabtu (11/5/2024). Hingga Sabtu (11/5) malam, petugas gabungan dari BPBD, Polri, TNI dan Damkar masih mendata jumlah korban meninggal dunia dan korban luka-luka pada kecelakaan tersebut. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi Mobil derek berusaha mengevakuasi bus yang terlibat kecelakaan di Desa Palasari, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Sabtu (11/5/2024). Hingga Sabtu (11/5) malam, petugas gabungan dari BPBD, Polri, TNI dan Damkar masih mendata jumlah korban meninggal dunia dan korban luka-luka pada kecelakaan tersebut.

“Sistem rem bus dan truk sendiri ada 2 model, yaitu udara di atas hidrolik atau perpaduan udara dan minyak rem dan full air brake system atau udara bertekanan sepenuhnya,” ucap Sani.

Sani menjelaskan sistem rem udara di atas hidrolik masih menggunakan minyak rem. Fluida tersebut didorong oleh angin dalam saluran terpisah sehingga diharapkan lebih efektif dalam menghambat laju kendaraan.

“Tapi sistem ini (rem udara dan minyak) rentan panas dan blong apabila suplai udara bertekanannya kurang, sehingga rem tidak mampu memperlambat laju kendaraan secara optimal,” ucap Sani.

Baca juga: Sopir Bus Kecelakaan Maut di Subang Belum Diinterogasi, Polisi: Masih Sakit

Kondisi bangkai bus dan motor yang terlibat kecelakaan di Desa Palasari, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Sabtu (11/5/2024). Hingga Sabtu (11/5) malam, petugas gabungan dari BPBD, Polri, TNI dan Damkar masih mendata jumlah korban meninggal dunia dan korban luka-luka pada kecelakaan tersebut.ANTARA FOTO/ Raisan Al Farisi Kondisi bangkai bus dan motor yang terlibat kecelakaan di Desa Palasari, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Sabtu (11/5/2024). Hingga Sabtu (11/5) malam, petugas gabungan dari BPBD, Polri, TNI dan Damkar masih mendata jumlah korban meninggal dunia dan korban luka-luka pada kecelakaan tersebut.

Sementara itu, Sani mengatakan udara bertekanan untuk rem ini disuplai dengan memanfaatkan putaran mesin. Bila terjadi tekor pada suplai udara bertekanan sistem tidak ada pengamannya berbeda dengan sistem rem udara sepenuhnya.

“Sistem rem udara sepenuhnya tidak lagi menggunakan minyak atau fluida, gaya dorong pengereman sepenuhnya memanfaatkan udara bertekanan untuk menggerakkan mekanisme remnya,” ucap Sani.

Sani mengatakan sistem rem ini bisa dibilang lebih aman karena apabila terjadi tekor suplai udara bertekanannya, sistem akan mengunci roda secara otomatis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com