Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Kecelakaan Bus karena Rem Blong Makin Marak Terjadi

Kompas.com - 12/05/2024, 17:06 WIB
Janlika Putri Indah Sari,
Stanly Ravel

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus kecelakaan bus yang disebabkan rem blong, masih menjadi momok yang menakutkan hingga saat ini.

Kondisi ini karena rem blong memiliki tingkat risiko yang sangat besar. Bahkan kerap merenggut korban jiwa dengan jumlah yang tak sedikit.

Mirisnya, meski insiden serupa kerap terjadi, namun tragedi ini masih terus terulang seolah mengabaikan faktor dari penyebab kecelakaan tersebut.

Contoh seperti kecelakaan yang baru saja terjadi melibatkan bus pariwisata di Subang, Jawa Barat yang membawa pelajar SMK Lingga Kencana Depok, Sabtu 11 Mei 2024.

Pada kecelakaan yang menewaskan 11 orang itu, bus terguling usai menabrak mobil dan  pengendara sepeda motor. Pemicunya diduga akibat rem blong. 

Baca juga: Marquez Percaya Regulasi MotoGP 2027 Bikin Persaingan Makin Sengit

Budiyanto, Pemerhati masalah transportasi dan hukum mengatakan, faktor rem blong sangat sering terjadi pada kejadian kecelakaan bus.

Kondisi bangkai bus dan motor yang terlibat kecelakaan di Desa Palasari, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Sabtu (11/5/2024). Hingga Sabtu (11/5) malam, petugas gabungan dari BPBD, Polri, TNI dan Damkar masih mendata jumlah korban meninggal dunia dan korban luka-luka pada kecelakaan tersebut.ANTARA FOTO/ Raisan Al Farisi Kondisi bangkai bus dan motor yang terlibat kecelakaan di Desa Palasari, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Sabtu (11/5/2024). Hingga Sabtu (11/5) malam, petugas gabungan dari BPBD, Polri, TNI dan Damkar masih mendata jumlah korban meninggal dunia dan korban luka-luka pada kecelakaan tersebut.

Padahal berdasarkan UU LLAJ, angkutan umum memiliki kewajiban melakukan uji berkala setiap enam bulan sekali.

Dalam proses uji berkala secara fisik, semua diperiksa seperti sistem rem, sistem kemudi, perlampuan dan sebagainya.

"Perusahaan angkutan umum yang sudah berbadan hukum dan telah memberlakukan Sistem Manajemen Keselamatan (SMK) sebagai jaminan kelaikan kendaraan dan profesional pengemudi selalu menjadi hal yang penting dan suatu keharusan," kata Budiyanto pada keterangan resminya, Minggu (12/5/2024).

Baca juga: Sering Terjadi Kecelakaan, Pemerintah Perlu Kaji Ruas Jalan Ciater

Budiyanto juga mengatakan, KNKT sering melakukan investigasi dan rekomendasi terhadap kasus - kasus serupa.

Ternyata rekomendasi KNKT ke instansi di atasnya belum mampu menekan angka kecelakaan dengan kasus yang sama, yakni bus mengalami rem blong.

Padahal, seharusnya menurutnya pihak PO harus memiliki program bengkel sendiri yang tentunya memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap perawatan kendaraan dan dapat memastikan kendaraan siap operasional.

Petugas kepolisian mengevakuasi korban kecelakaan bus pariwisata di Desa Palasari, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Sabtu (11/5/2024). Dinas Kesehatan Kabupaten Subang mencatat, dalam kecelakaan bus yang membawa rombongan siswa SMK Lingga Kencana Depok tersebut untuk sementara terdapat 11 orang korban meninggal dunia yang terdiri dari 10 orang siswa SMK dan 1 orang pemotor asal Cibogo Kabupaten Subang. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi Petugas kepolisian mengevakuasi korban kecelakaan bus pariwisata di Desa Palasari, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Sabtu (11/5/2024). Dinas Kesehatan Kabupaten Subang mencatat, dalam kecelakaan bus yang membawa rombongan siswa SMK Lingga Kencana Depok tersebut untuk sementara terdapat 11 orang korban meninggal dunia yang terdiri dari 10 orang siswa SMK dan 1 orang pemotor asal Cibogo Kabupaten Subang.

"Pelatihan dan pencerahan personil ( pengemudi ) juga tidak luput dari program tersebut sehingga pengemudi memiliki tanggung jawab dan disiplin dalam melaksanakan pekerjaannya sebagai Pengemudi," katanya.

Maka dari itu harus dilakukan proses penyidikan yang lebih komprenhensif yang dalam arti tidak hanya terfokus pada supir bus semata, tapi juga kepada pihak - pihak yang ada kaitannya dengan layanan bus. 

"Tanpa adanya penyidikan yang komprenhensif terhadap peran dari pemangku kepentingan yang lain, kejadian serupa tidak menutup kemungkunan akan berulang," kata Budiyanto.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau