Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Industri Otomotif Jepang Terkesan Lamban Beralih ke Mobil Listrik

Kompas.com - 24/05/2021, 13:41 WIB
Ruly Kurniawan,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Saat perusahaan otomotif dunia berlomba-lomba untuk beralih ke mobil bertenaga listrik dengan basis baterai, industri mobil Jepang malah tampak terkesan lamban.

Padahal telah banyak studi yang menyebutkan bahwa mobil listrik murni (electrified vehicle/EV) memiliki tingkat efisiensi yang tinggi pada konsumsi energi dan penggunaan harian.

Mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia Arcandra Tahar memprediksi, hal tersebut dikarenakan lima faktor yakni kesiapan pasar, ketersediaan bahan baku, sampai industri itu sendiri.

Baca juga: Masa Transisi Mutlak supaya Kendaraan Listrik Sukses di Indonesia

"Sebut saja Toyota dan Honda. Sebagai market leader di dunia, mereka belum terlihat serius untuk bertanding di bidang EV,” ujar Arcandra melalui laman Instagramnya, Senin (24/5/2021).

Sementara itu, lanjut Komisaris Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) tersebut, hanya Nissan yang sudah sempat masuk dalam kompetisi EV sejak sepuluh tahun terakhir lewat Leaf.

Mereka berhasil menjual lebih dari setengah juta unit hingga tahun lalu. Bahkan di tahun 2020, angka penjualan Leaf hampir sama dengan penjualan Tesla.

"Lantas kenapa mereka terlihat tidak antusias. Apakah Jepang tak percaya dengan kontribusi internal combustion engine (ICE) vehicle terhadap perubahan iklim atau ada sebab lain?" ujarnya

Menurut Arcandra ada beberapa hal yang bisa dijadikan jawaban, alasan mengapa pabrikan Jepang terkesan lamban dan enggan berpartisipasi dalam menciptakan kendaraan berteknologi listrik yang ramah lingkungan.

Baca juga: Angkot sampai AKAP Mau Diganti Jadi Bus Listrik

“Pertama, Japan automaker mungkin belum percaya bahwa EV merupakan solusi terbaik untuk membantu mengurangi emisi gas buang,” duganya.

Menurut perusahaan automaker Jepang, mobil dengan kombinasi gasoline dan electric (hybrid) harus didorong dalam masa transisi dari mobil berbahan bakar fosil ke EV atau mobil listrik, strategi tersebut banyak sekali memakan dana.

Sementara dana yang sudah dikeluarkan untuk mengembangkan mobil hybrid di Jepang perlu waktu untuk balik modal.

Baca juga: Mendikdasmen Bolehkan "Study Tour", Dedi Mulyadi: Tidak Boleh Anak Piknik di Atas Rintihan Orangtua

Alasan kedua, mereka mungkin belum melihat kebutuhan pasar yang significant terhadap EV. Hal tersebut sesuai dengan fakta yang ada di lapangan.

"Untuk diketahui saja, volume penjualan mobil listrik kurang dari 3 persen dari total penjualan mobil secara global," kata Arcandra.

"Kurangnya minat konsumen terhadap EV atau mobil listrik ini mungkin disebabkan oleh harganya yang lebih mahal, jarak tempuh yang pendek dan lamanya waktu pengisian ulang daya," katanya.

Baca juga: Link Live Streaming Indonesia vs Bahrain di RCTI Malam Ini, Kickoff Pukul 20.45 WIB

Ketiga, Japan automaker sudah agak telat untuk masuk ke gelanggang persaingan. Selain nama-nama besar yang sudah bertarung seperti General Motor, Volvo dan Mercedes, banyak pemain baru yang mulai masuk dan mampu bersaing dengan nama-nama besar tersebut seperti Tesla dan Nio dari Cina.

Halaman:
Komentar
jepang pilih hydrogen saja, supaya motor gua masih bisa jalan ampe 50 th lagi. nanti kit konversi bbm ke hydrogen pasti banyak yg bikin. mesin bakar lebih keren dari mesin bisu, gak bunyi.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau