Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asosiasi China Ungkap Pentingnya Pengembangan SPKLU untuk EV Nasional

Kompas.com - 23/07/2024, 19:41 WIB
Ruly Kurniawan,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - China Association of Automobile Manufacturers (CAAM) menyebut untuk mengakselerasi kendaraan listrik berbasis baterai atau KBLBB, bukan hanya dibutuhkan pabrik perakitan mobil.

Namun yang krusial ialah ketersediaan dan keterjangkauan atas fasilitas penunjangnya berupa charging station atau dikenal Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).

"Tentu subsidi fiskal dan insentif pajak sangatlah penting, terutama soal fasilitas pengisian," kata Wang Yao, Deputy Chief Engineer CAAM dalam Gaikindo International Automotive Conference (GIAC) di ICE BSD, Tangerang, Selasa (23/7/2024).

Baca juga: Jumlah SPKLU PLN Mencapai 1.582 Unit pada Juli 2024

Contoh penyediaan SPKLU EV Charger dari brand Atess.Dok. UJB Contoh penyediaan SPKLU EV Charger dari brand Atess.

"Masalah untuk pengembangan awal dari setiap industri, Anda harus mendorong orang dan perusahaan untuk masuk ke industri ini. Jadi tak cuma bicara pabrik tapi juga charging station yang lebih penting," lanjut Wang.

Lebih jauh ia menyampaikan di China sudah terdapat 10 juta fasilitas charging station yang tersebar baik untuk umum atau SPKLU maupun pengisian pribadi.

Dari data tersebut, tiga jutanya merupakan SPKLU yang dapat ditemukan setiap pengguna mobil listrik di jalanan ataupun perkantoran.

"Hampir separuh dari itu adalah pengisian cepat," ucapnya.

Namun untuk menghadirkan fasilitas itu, tantangan terbesar yang harus ditanggung ialah ketidakpastian untuk mendapatkan profit alias keuntungan.

Baca juga: Ulas Platform Hyundai Kona Electric, Ioniq 5, dan Ioniq 6

Ilustrasi mobil listrik.SHUTTERSTOCK/BIGPIXEL PHOTO Ilustrasi mobil listrik.

"Namun ketika banyak merek yang masuk dan populasinya naik, hal tersebut bisa diatasi,"kata Wang.

"Khusus bagi pemerintah, jika Anda berpikir terdapat rencana strategis untuk negara ini, mungkin pemerintah harus membuat keputusan untuk mengalokasikan lebih banyak uang ke fasilitas pengisian daripada pabrik," tambahnya.

Jangan sampai kejadian yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat (AS) dialami Indonesia. Di mana, merek dan volume penjualan kendaraan listrik tinggi tapi tidak diikuti oleh SPKLU-nya.

Alhasil, banyak pengguna mobil listrik yang ingin kembali ke kendaraan konvensional berbahan bakar fosil.

"Masalahnya sekarang di Eropa dan Amerika Serikat, mereka bisa menyelamatkan industri mereka, dan pelanggan bisa mendapatkan mobil. Tetapi mereka tidak dapat menemukan cukup tempat untuk mengisi daya," kata Wang.

"Terakhir yang patut dipahami, meskipun ada pengisian cepat tapi masih jauh lebih lambat daripada menggunakan bahan bakar gas. Jadi dalam membangun SPKLU jangan seadanya," tutup dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau