Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Klakson Telolet di Bus dan Truk, Mengkhawatirkan APM

Kompas.com - 10/03/2024, 18:01 WIB
Muhammad Fathan Radityasani,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Modifikasi klakson bus telolet kembalo ramai. Bahkan seperti kembali ke 2010-an di mana telolet sangat banyak peminatnya, baik di kalangan busmania sampai masyarakat biasa.

Sebenarnya klakson tersebut merupakan modifikasi. Tidak ada pabrikan yang memiliki produk dengan klakson telolet sejak keluar dari pabrik.

M. Thoyib, Bus Body Builder Advisor PT Daimler Commercial Vehicle Indonesia (DCVI) mengatakan, klakson telolet miris, jadi keceriaan di tengah padatnya jalan tapi bisa membahayakan.

Baca juga: Pilihan Klakson Aftermarket Baru ala Mobil Eropa

Klakson teloletliputan6.com Klakson telolet

"Kami khawatir dengan ubahan yang dilakukan, terkait penambahan elektrik maupun pneumatik (angin) yang tidak sesuai arahan (standar)," ucap Thoyib dalam Mini Talkshow DCVI di Giicomvec, Jumat (8/3/2024).

Thoyib menjelaskan, telolet merupakan klakson yang pakai udara. Kalau salah ambil sumber udara, seperti dari tangki udara buat rem, maka bisa membahaakan.

"Kalau misal ambil dari tangki udara, berpotensi masalah di sistem pengereman," ucap Thoyib.

Baca juga: Alasan CVT Banyak Dipakai Mobil Modern Gantikan Matik Konvensional


Sebenarnya DCVI bisa menjaga produknya tetap aman sampai jadi di karoseri. Cuma kalau sudah di tangan pemilik kendaraan, jadi sulit buat dijaga agar tidak dimodifikasi sistem klaksonnya.

"PO yang paham mulai mengurangi (ubah klakson). Di karoseri kita bisa mencegah (modifikasi), tapu kalau sudah sampai pemilik, agak sulit," ucap Thoyib.

Menurutnya, lebih ideal kalau ada regulasi, bisa lewat KIR atau sebagainya. Jadi saat uji layak jalan yang rutin, saat ada modifikasi yang membahayakan bisa dilepas atau dikembalikan ke standar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com