Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Klaster Covid-19 di Transportasi Umum, Ini Kata Organda DKI

Kompas.com - 11/09/2020, 08:02 WIB
Stanly Ravel,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Adanya peningkatan jumlah penumpang transportasi umum sejak ganjil genap di Jakarta diberlakukan lagi pada awal Agustus 2020 berimbas pada munculnya klaster Covid-19 di sektor angkutan publik.

Kondisi tersebut mendapat atensi dari berbagai pihak, bahkan Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI mengevaluasi hingga akhirnya diputuskan untuk mencabut kembali, seiring dengan penerapan pengetatan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mulai 14 September 2020.

Menanggapi adanya klaster Covid-19 di sektor transportasi umum, Shafruhan Sinungan, Ketua DPD Organisasi Angkutan Darat (Organda), menjelaskan, temuan tersebut harus diteliti lebih detail dan dicermati asal mulannya.

Baca juga: PSBB Kedua, Transportasi Umum Dibatasi Jumlah dan Jam Operasionalnya

"Bila angkutan umum atau publik yang masih dalam naungan Pemprov DKI, itu semua sudah beroperasi sesuai prosedur, artinya protokol kesehatan dan pembatasan sudah ketat diterapkan. Bila ada kasus (penularan) seperti itu, baiknya dilakukan pelacakan agar jelas dari mana angkutan umum yang dimaksud," kara Shafruhan saat dihubungi Kompas.com, Kamis (10/9/2020).

Sejumlah penumpang menaiki bus Transjakarta di Jakarta, Selasa (17/3/2020). PT Transjakarta akan menambah rute perjalanan menjadi 123 rute dan menambah jam operasional, hal ini untuk mengurangi antrean panjang yang terjadi di beberapa halte pada Senin (16/3/2020) kemarin.ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT Sejumlah penumpang menaiki bus Transjakarta di Jakarta, Selasa (17/3/2020). PT Transjakarta akan menambah rute perjalanan menjadi 123 rute dan menambah jam operasional, hal ini untuk mengurangi antrean panjang yang terjadi di beberapa halte pada Senin (16/3/2020) kemarin.

Menurut Shafruhan, bila pelacakan pada pasien yang terpapar Covid-19 di angkutan umum bisa dilakukan, maka akan lebih mudah untuk mengetahui akarnya.

Hal tersebut lantaran tidak semuanya masyarakat bepergian menggunakan transportasi publik yang resmi, ada yang setelah naik KRL menyambung ke ojek online (ojol) atau setelah naik bus Transjakarta berganti ke taksi online (taksol).

Sementara dari segi jumlah penumpang, walau saat PSBB transisi terjadi peningkatan, menurut Shafruhan, jumlahnya tidak signifikan. Indikatornya bisa dilihat dari jumlah armada yang terbatas, serta faktor lainnya.

Baca juga: Transportasi Umum Jadi Klaster Covid-19, DKI Evaluasi Ganjil Genap

Bus transjakarta melintas di Jalan M.H Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (6/2/2020). Jumlah pengguna transjakarta telah menembus 1 juta penumpang per hari. Jumlah penumpang sebanyak 1.006.579 orang tercatat pada Selasa (4/2/2020).KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Bus transjakarta melintas di Jalan M.H Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (6/2/2020). Jumlah pengguna transjakarta telah menembus 1 juta penumpang per hari. Jumlah penumpang sebanyak 1.006.579 orang tercatat pada Selasa (4/2/2020).

"Harus dilacak dulu, sampai saat ini masyarakat juga banyak yang masih khawatir menggunakan moda publik. Dengan demikian, bisa bilang peningkatan penumpang ketika PSBB transisi kemarin sangat minim," ucap Shafruhan.

"Buat saya, sebenarnya paling penting itu dari faktor orang atau penumpangnya, apakah sudah taat protokol kesehatan, mampu melindungi dirinya atau tidak," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com