Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalur Sepeda di Jalan Tol, Risikonya Tinggi

Kompas.com - 26/08/2020, 16:35 WIB
Stanly Ravel,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Guna mengakomodasi tingginya animo masyarakat yang menggunakan sepeda, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tengah menyiapkan jalur sepeda khusus untuk road bike atau sepeda balap. Tak tanggung-tanggung, ruas yang rencananya digunakan adalah jalan tol Kebon Nanas hingga Tanjung Priok.

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta Syafrin Liputo, mengatkan dari koordinasi awal memang lokasi yang ditentukan dari jalan tol dalam kota mulai dari Kebun Nanas sampai arah ke Priok, di sisi baratnya.

Terkait permohonan ini pun sudah disampaikan kepada Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono dalam surat nomor 297/1.792.1, mengenai pemanfaatkan ruas jalanto lingkar dalam (Cawang-Tanjung Priok).

"Tapi ini bukan sepeda biasa ya, namanya road bike. Jadi menyiapkan satu sisi yang digunakan sendiri untuk sepeda, tetapi untuk pelaksanaannya menungu izin dari Menteri PUPR," kata Syafrin kepada Kompas.com, Rabu (26/8/2020).

Baca juga: Sepeda Alami Kecelakaan dengan Kendaraan Bermotor, Siapa yang Salah?

Menurut Syafrin, jalur khusus sepeda road bike tersebut hanya akan berlaku pada hari Minggu, dari pukul 06.00-09.00 WIB. Lalu akan dilengkapi dengan traffic cone sebagai pembatas jalur sepeda dengan lalu lintas biasanya.

Pekerja akan memindahkan sejumlah tiang yang menghalangi jalur sepeda di Jalan Asia Afrika, Jakarta, Rabu (01/08/2018). Jalur sepeda di sepanjang jalan ini terhalang beberapa tiang lampu penerangan jalan umum (PJU), tiang lampu lalu lintas, hingga tiang rambu penunjuk jalan.KOMPAS.com/ANDREAS LUKAS ALTOBELI Pekerja akan memindahkan sejumlah tiang yang menghalangi jalur sepeda di Jalan Asia Afrika, Jakarta, Rabu (01/08/2018). Jalur sepeda di sepanjang jalan ini terhalang beberapa tiang lampu penerangan jalan umum (PJU), tiang lampu lalu lintas, hingga tiang rambu penunjuk jalan.

Untuk jarak tempuhnya sendiri menurut Syafrin sekitar 10-12 kilometer. Pasa pesepada hanya akan berada di dalam ruas yang ditentukan, sementara nanti juga akan ada manajemen dan rekayasa lalu lintas untuk pengendalian arus.

"Ditutup satu jalur, tapi ini masih dalam pembicaraan, kami masih menunggu persetujuan dari pak Menteri," kata syafrin.

Menanggapi wacana ini, Jusri Pulubuhu, pendiri Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), memgatakan bila rencana tersebut cukup berisiko tinggi. Ada banyak aspek yang harus diperhatikan, paling utama dari segi keselamatan.

"Ini kita bicarakan highway, di mana mobil atau pun kendaraan lain yang melintas sudah berjalan di atas pelan atau bisa dibilang di atas 50 kpj. Ada banyak aspek yang harus diperhatikan, dan paling banyak itu dari segi keselamatan pengguna jalannya," ucap Jusri.

Baca juga: Waspada Bahaya Laten Jalur Sepeda yang Nonpermanen

"Perlu diketahui, di jalan raya ada banyak komponen varibelnya. Contoh ada kendaraan laik jalan ada juga yang tidak, ada kendaraan tua, ada kendaraan muda, lalu daerah itu juga merupakan lintasan perekonomian karena banyak truk untuk ke pelabuhan dan bandara, artinya banyak kendaraan heavy vehicle yang melintas di sana tanpa mengenal hari libur," kata dia.

Warga berolah raga di kawasan JaIan Sudirman, Jakarta, Minggu (28/6/2020). Warga tetap berolah raga meski Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau Car Free Day (CFD) ditiadakan di kawasan Jalan Sudirman-Thamrin dengan alasan menghindari terjadinya kerumunan warga untuk mencegah penyebaran COVID-19.ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA Warga berolah raga di kawasan JaIan Sudirman, Jakarta, Minggu (28/6/2020). Warga tetap berolah raga meski Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau Car Free Day (CFD) ditiadakan di kawasan Jalan Sudirman-Thamrin dengan alasan menghindari terjadinya kerumunan warga untuk mencegah penyebaran COVID-19.

Menurut Jusri, bila hanya memisahkan satu jalur untuk sepeda dengan radius hingga berapa kilometer itu akan sangat mengganggu, bahkan bisa mempengaruhi pengereman dari kendaraan berat tadi. Belum lagi ditambah dengan faktor lain seperti dari manusia atau pengguna kendaraannya.

Baik ada yang tua sampai muda, ada yang mahir berkendara ada pula yang tidak, ada yang disipilin ada juga yang ugal-ugalan. Lalu dari segi pesepedanya, apakah bisa dijamin ketertibannya, kondisi itu semua menurut Jusri harus diperhitungkan lantaran jalan raya adalah ruang publik.

Baca juga: Cara Efektif Mengurangi Angka Kecelakaan Bus

"Rata-rata kecelakaan di jalan tol itu dampaknya besar sekali, paling minim itu luka dalam kategori berat lalu fatalitas atau kematian. Jadi baiknya harus dipikirkan kembali," ujar Jusri.

Warga berolahraga menggunakan sepeda di kawasan Sultan Iskandar Muda, Jakarta, Minggu (26/7/2020). Pemprov DKI Jakarta menyiapkan 30 kawasan khusus pesepeda di lima kota administrasi Jakarta serta perluasan jalur sepeda sementara yang disiapkan sepanjang Jalan Medan Merdeka Barat hingga Jalan Sudirman dengan menggunakan 2-3 lajur di sebelah kiri sebagai dampak dari peniadaan hari bebas kendaraan bermotor (HBKB) di Jalan Sudirman-Thamrin. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/foc.ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso Warga berolahraga menggunakan sepeda di kawasan Sultan Iskandar Muda, Jakarta, Minggu (26/7/2020). Pemprov DKI Jakarta menyiapkan 30 kawasan khusus pesepeda di lima kota administrasi Jakarta serta perluasan jalur sepeda sementara yang disiapkan sepanjang Jalan Medan Merdeka Barat hingga Jalan Sudirman dengan menggunakan 2-3 lajur di sebelah kiri sebagai dampak dari peniadaan hari bebas kendaraan bermotor (HBKB) di Jalan Sudirman-Thamrin. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/foc.

"Lain soal kalau jalan tol itu benar-benar ditutup untuk kendaraan, itu aman. Tapi harus dipikirkan juga bagaiman dengan pengguna kendaraan dan bisnis jalan tolnya," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau