Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Efektif Mengurangi Angka Kecelakaan Bus

Kompas.com - 25/08/2020, 10:02 WIB
Muhammad Fathan Radityasani,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Kecelakaan yang melibatkan kendaraan berat seperti bus masih saja terjadi di jalan raya. Masih sering terlihat pengemudi yang melanggar aturan seperti menyalip dari kiri maupun kebut-kebutan.

Padahal pengemudi bus harus menjaga keselamatan dari para penumpangnya. Kesadaran pengemudi bus akan keselamatan dan aturan yang ada masih kurang, sehingga masih sering ditemui pengemudi yang ugal di jalanan.

Sekretaris Jenderal Paguyuban Pengemudi – Pengusaha Mitra Polri (P3MP), Elias C. Medellu mengatakan, pengemudi di Indonesia tidak dianggap sebagai profesi formal, sehingga pembinaan hanya dilakukan beberapa instansi dan tidak terstruktur.

Baca juga: Kenapa Pebalap MotoGP Menurunkan Kakinya Saat Akan Menikung?

Kecelakaan di Tol Cipali KM 150+300 Majalengka, Jawa Barat, Minggu (23/8/2020). Kecelakaan tersebut 4 orang meninggal dunia dan 10 luka-luka.Istimewa Kecelakaan di Tol Cipali KM 150+300 Majalengka, Jawa Barat, Minggu (23/8/2020). Kecelakaan tersebut 4 orang meninggal dunia dan 10 luka-luka.

“Saya meyakini bahwa mayoritas pengemudi profesi tidak pernah mendapatkan pendidikan resmi untuk berlalu-lintas. Pengetahuan berlalu-lintas hanya mereka dapatkan dari sesama pelaku profesi (mentor),” ucap Elias kepada Kompas.com, Senin (24/8/2020).

Karena masih dianggap sebagai profesi yang tidak formal, butuh adanya wadah profesi. Elias menjelaskan, dengan adanya wadah profesi, fungsi kendali dan standarisasi profesionalisme pengemudi akan terbentuk, sehingga melahirkan pengemudi yang berkeselamatan.

“Wadah profesi bagi pengemudi akan meningkatkan dari sekadar kompetensi menjadi profesionalisme,” kata Elias.

Baca juga: Jangan Norak, Pakai Lampu Hazard Saat Berjalan Lurus di Persimpangan!

Kemudian, untuk menekan angka kecelakaan bisa dengan pembinaan yang terprogram dan terstruktur dari pemerintah melalui wadah profesi kepada anggotanya. Karena, mayoritas pengemudi tidak pernah terdidik atau terbina sejak awal.

“Masalah kemahiran, pengemudi di Indonesia sangat luar biasa. Namun terkait pemahaman aturan dan karakter profesionalisme sangat payah. Bahkan saya yakin mereka tidak melalui sekolah mengemudi manapun,” kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau