JAKARTA, KOMPAS.com – Belum lama ini, terjadi kecelakaan tunggal bus yang terguling karena kehilangan kendali di Jawa Tengah. Selain itu, masih sering juga terlihat di jalan tol, bus yang saling adu kecepatan.
Perilaku sopir bus yang seperti ini masih banyak terjadi di Indonesia. Padahal sudah jelas mengemudikan bus tidak bisa disamakan dengan mobil biasa dengan ukuran yang lebih kecil.
Lalu bagaimana langkah awal untuk mengubah perilaku ini?
Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia Sony Susmana mengatakan, mengubah mental seorang pengemudi itu tidak semudah kata-kata. Salah satu cara yang bisa mulai dilakukan adalah pengawasan di lapangan.
“Pengawasan di lapangan dan penindakan hukum yang tegas perlu dilakukan untuk mengubah perilaku pengemudi. Sehingga mereka patuh dan takut apabila melanggar,” ucap Sony kepada Kompas.com, Senin (18/1/2021).
Sony mengatakan, memang sudah ada operasi razia yang dilakukan oleh kepolisian, namun sayangnya jangka waktunya terbatas.
Selain itu diumumkan juga kapan waktu penyelenggaraannya, jadi antara petugas dan pengemudi kucing-kucingan.
“Efeknya setelah itu? Nol besar. Para pengemudi ini sudah lebih pintar dari penegak hukum,” kata Sony.
Jadi soal penindakan ini, harus konsisten dan berkala Jika ada pelanggaran, langsung tegur dan ditindak, supaya jera. Dengan begitu, harapannya perilaku pengemudi bisa berubah dan lebih mementingkan keselamatan di jalan raya.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/01/18/172423315/sulitnya-mengubah-perilaku-sopir-bus-yang-ugal-ugalan