Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sopir Bus Pariwisata Enggak Tahu Jalan, Awas Bisa Celaka

Kompas.com - 08/02/2022, 14:41 WIB
Muhammad Fathan Radityasani,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Belum lama ini kembali terjadi kecelakaan tunggal bus dengan korban 13 orang meninggal dunia. Bus diduga mengalami masalah pengereman dan menabrak tebing di Bukit Bego, Imogiri, Bantul Yogyakarta, Minggu (6/2/2022).

Selain mengalami masalah pengereman, diduga juga kalau sopir tersebut tidak tahu medan jalan. Sehingga, bisa saja karena ketidaktahuan tersebut, sopir salah dalam mengoperasikan kendaraannya yang berujung celaka.

Bus pariwisata memang bisa dibilang berbeda dengan bus antar kota yang biasanya sudah punya jalur perjalanan.

Kalau bus pariwisata, tujuannya tergantung dari penyewa dan rute perjalanannya bisa ditentukan dan diganti secara mendadak.

Baca juga: Covid-19 Varian Omicron Bikin Bodi Bus Baru Laksana Tertunda

Bus pariwisata yang ditumpangi peziarah asal Subang terbalik dan ringsek di jurang Tanjakan Cae, Wado, Sumedang, Jawa Barat, Kamis (11/3/2021). Hingga sore ini, bus belum dievakuasi. AAM AMINULLAH/KOMPAS.comKOMPAS.COM/AAM AMINULLAH Bus pariwisata yang ditumpangi peziarah asal Subang terbalik dan ringsek di jurang Tanjakan Cae, Wado, Sumedang, Jawa Barat, Kamis (11/3/2021). Hingga sore ini, bus belum dievakuasi. AAM AMINULLAH/KOMPAS.com

Namun jangan sampai sopir yang tidak hafal medan jalan tetap memaksakan untuk lewat jalur tertentu. Walaupun jalur tersebut memang permintaan dari penyewa, jangan menyepelekan keselamatannya juga.

Anthony Steven Hambali, pemilik dari PO Sumber Alam mengatakan, sebenarnya antara sopir bus wisata dan reguler (antar kota) sama saja kemampuannya dalam mengemudi bus.

“Hanya, saya bilang ke drivier, kalau tidak yakin, tidak tahu jalan, atau menyimpang dari order kantor, seharusnya ditolak. Drivier harus tegas, apalagi demi keamanan,” kata Anthony kepada Kompas.com, Selasa (8/2/2022).

Baca juga: Tips Menyalip Menggunakan Mobil Transmisi Matik

Namun kenyataannya di lapangan, ada saja penyewa yang memaksa sopir untuk lewat jalan tertentu, bisa dibilang pintas atau lebih cepat. Bahkan kadang ada saja yang menambahkan uang ke kru agar dituruti.

“Kalau tip ke kru enggak mungkin dilarang. Tapi kalau memang nge-tip untuk lewat jalur lain atau menambah durasi trip, itu beda lagi, kami tolak,” kata Anthony.

Anthony berharap, untuk mengurangi kecelakaan karena sopir yang tidak tahu rute, butuh peran aktif juga dari masyarakat sekitar. Selain itu, tambah juga rambu-rambu yang jelas agar kendaraan besar seperti bus tidak melewatinya.

“Masyarakat sekitar bisa diedukasi, apakah bus besar bisa lewat atau tidak. Jika tidak, maka saat ada bus mau masuk jalur wisata itu, sudah harus dicegat,” kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau