JAKARTA, KOMPAS.com - Bus Pariwisata GA Trans mengalami kecelakaan di Jalan Imogiri-Mangunan, tepatnya bawah Bukit Bego, Imogiri, Bantul, Yogyakarta, Minggu (6/2/2022).
Bus tersebut menabrak dinding tebing menyebabkan kondisi ringsek. Dalam kejadian tersebut terdata 13 orang meninggal dunia, dan 34 orang mengalami luka-luka.
Bus asal Sukoharjo, Jawa Tengah ini melakukan wisata dari Breksi, Sleman, dilanjutkan ke Hutan Pinus, dan akan menuju ke Pantai Parangtritis dari sejumlah lokasi wisata di Bantul.
Kapolres Bantul AKBP Ihsan mengatakan, dari keterangan saksi di dalam bus melihat sopir panik memainkan persneling giginya.
Baca juga: Kecelakaan Bus di Bantul, Begini Tips Aman Pilih Bus Pariwisata
“Ada indikasi fungsi pengereman tidak berfungsi atau remnya blong sehingga hanya memainkan gigi. Pada saat kendaraan turun ke bawah inilah yang menyebabkan kendaraan oleng dan menabrak tebing,” ucap Ihsan dikutip dari Kompas Regional, Senin (7/1/2022).
Berdasarkan informasi dari Kompas.com, jalur bus pariwisata tersebut didominasi dengan beberapa tikungan, tanjakan dan paling banyak turunan.
Tanjakan cukup curam dari Mangunan saat akan memasuki perempatan menuju kawasan wisata alam Watu Lawang. Lalu didominasi turunan, yang paling curam dimulai dari kawasan wisata Watu Goyang.
Bahkan ada rambu yang dipasang pemerintah termasuk warga memberitahu turunan tajam.
“Awas Turunan Tajam Gunakan Gigi Kecil Sekarang!!!” tulis ambu yang dipasang koperasi Noto Wono.
Berkaca dari insiden ini, pengemudi sebaiknya mengetahui prosedur yang benar ketika bus dan truk bertemu di jalan menurun. Tindakan yang biasa dilakukan adalah terlalu mengandalkan rem kaki atau friction based brake, kampas jadi overheat sehingga terjadi rem blong.
Namun, ada 20 persen dari kejadian yang disebabkan karena malfungsi pada sistem pengereman.
Salah satu malfungsi pada rem yang sering menjadi penyebab rem blong adalah gap antara kampas rem dan tromol yang terlalu besar. Dengan gap yang terlalu besar, kadang pengemudi merasa rem jadi kurang pakem.
“Gap antara kampas rem dengan tromol idealnya adalah antara 0,3 mm sampai 0,6 mm. Dengan gap seperti itu, dia akan mampu memberikan gaya pengereman seratus persen,” ucap Ahmad Wildan, Senior Investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi.
Namun ketika gap melebar, maka gaya pengereman akan menurun. Wildan memberi contoh kasus gap yang terlalu besar ini pada kecelakaan di Bawen, gap antara kampas rem dengan tromol jadi 2,6 mm.
Baca juga: Spesifikasi Bus GA Trans yang Alami Kecelakaan di Bantul
“Artinya, gaya pengereman tinggal tersisa 5 sampai 10 persen saja. Yang dirasakan pengemudi, remnya enggak pakem. Sehingga dia sering mengocok rem yang akhirnya membuat angin di tangki udara tekor, pedal rem jadi keras dan terjadi rem blong,” kata Wildan.
Sehingga jika menemukan gap antara kampas rem dengan tromol terlalu besar, sebaiknya disetel kembali. Bahkan bisa juga diganti kampasnya dengan yang baru.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.