Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mobil Lama Tak Bergerak, Awas Penyakit pada Sistem Pengereman

Kompas.com - 17/06/2020, 19:12 WIB
Stanly Ravel,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kondisi work from home (WFH) serta adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) beberapa waktu lalu, membuat pemilik mobil jarang menggunakan kendaraannya. Alhasil, mobil pun lebih sering berdiam diri di garasi.

Pada situasi seperti ini, penting untuk diingat bila pemilik mobil harus melakukan pengecekan sebelum mengajak mobil beraktivitas.

Namun pengecekan yang dilakukan bukan sekadar soal mesin saja, namun juga sampai kaki-kaki, tepatnya pada sektor pengereman.

Suparna, Kepala Bengekal Auto2000 Cilandak, mengatakan untuk masalah perawatan kendaraan tidak berpengaruh antara mobil yang sering dipakai atau yang jarang digunakan. Termasuk pada sektor rem yang juga bisa menimbulkan masalah.

Baca juga: Jurus Jitu Kampas Rem Mobil Matik Jadi Awet

"Pengereman adalah senjata utama pada semua kendaraan karena menyangkut soal safety, sudah seharusnya pemilik mobil pun peduli dengan kondisinya baik sering atau tidaknya mobil digunakan. Pada kasus mobil yang jarang digunakan, masalah pada pengereman sebenarnya cukup beragam, dari yang ringan sampai yang berat," kata Suparnya kepada Kompas.com, Senin (15/6/2020).

Cuci pelek mobilautolounge.id Cuci pelek mobil

Masalah ringan pada sistem pengereman mobil yang jarang digunakan biasanya diakibatkan tumpukan kotoran atau bercak karat pada piringan cakram. Adanya kedua hal tersebut akan membuat mobil terasa berat ketika pertama kali digunakan kembali.

Akibat mobil yang lama tak digunakan, piringan cakramnya rawan dihiasi bercak karat lantaran memang sifat dari materialnya. Apalagi bila mobil tersebut habis dicuci dan belum sempat digunakan berjalan, akan makin banyak lagi kotorannya.

"Biasanya kalau mobil habis dicuci, apalagi bagian kaki-kaki itu debu atau kotorannya luntur ke bawah. Mungkin saja masuk ke kaliper sampai ke sela-sela kampas. Setelah didiamkam lama tanpa ada pergerakan, kondisinya akan terjadi penumpukan sehingga saat pertama kali digunakan akan terasa berat," ucap Suparna.

Baca juga: Mengapa Dilarang Memberi Tip kepada Petugas Parkir di Mal?

Karat pada piringan cakram mobilKOMPAS.COM/STANLY RAVEL Karat pada piringan cakram mobil

"Karena itu, meski mobil lama tak digunakan namun tetap wajib dipanaskan dengan cara ikut membawa jalan atau bisa dengan mengerakkan kendaraan ke depan atau ke belakang saja," kata dia.

Debu, kotoran, dan karat juga bisa menimbulkan masalah besar pada sistem pengereman, apalagi bila yang disasar adalah bagian kaliper.

Lantaran karet yang rusak karena debu, bisa membuat air masuk ke kaliper dan menimbulkan karat, akibatnya bisa membuat kerja pinston rem menjadi macet.

Kalau sudah demikian, otomatis dibutuhkan perbaikan oleh pihak bengkel, bila didiamkan saja kerusakan justru akan makin merambat yang dampaknya membuat pengeluaran makin besar.

Baca juga: Bukan Virus, Ini Sebab Bercak Karat pada Piringan Cakram

"Bila kasusnya seperti itu berarti harus dibongkar, selain dibersihkan tentu beberapa bagian akan diberikan gemuk atau cairan penetran untuk karat. Tapi itu pun tergantung seberapa besar kerusakannya, bila ternyata sudah tidak memungkinkan maka harus ganti baru," ucap Suparna.

Sistem pengereman cakram. tinypic.com Sistem pengereman cakram.

"Jadi perlu diingat, rem mobil itu juga perlu perawatan dan perhatian, baik mobil yang sering dipakai atau tidak. Minimal kita perhatikan kondisi visualnya dan juga mengecek volume minyak remnya," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau