Satu-satunya cara adalah langsung mencoba. Kebetulan KompasOtomotif mendapat kesempatan dengan media lain, untuk sekedar mencoba varian E CVT, di seputaran Serpong, BSD, Tangerang Selatan, dalam gelaran test drive yang digelar Honda Prospect Motor, beberapa waktu lalu.
Ketika diperhatikan kelengkapan di dasbor dan setir, banyak hal baru, baik dibanding pendahulu maupun pesaingnya. Seperti tombol Econ, yang berfungsi mengatur bukaan gas agar mampu memberikan pengendaraan yang efisien, meski karakter pengemudi tergolong agresif. Lalu ada tombol start/stop, pengatur audio di setir, dan paddle shift yang berada di balik lingkar kemudi. Di tengah dasbor ada head unit berbentuk monitor layar sentuh 6,1 inci. Pengatur AC juga menggunakan model layar sentuh.
Sebagai pembeda dari rival, disematkan teknologi cruise control dan kontrol stabilitas (VSA : Vehicle Stability Assist), yang biasanya dipakai pada segmen di atasnya. Ada lagi hill start assist yang membantu mencegah gerakan mundur saat berhenti di tanjakan, saat hendak melaju kembali.
Mesin 1.5L, SOHC, lengkap dengan katup variabel i-VTEC, mampu mengeluarkan tenaga 120 PS, sama seperti mesin sebelumnya. Hal lain yang terasa saat ujicoba adalah ketika melakukan akselerasi menggunakan transmisi CVT model baru. Ada beberapa perbedaan karakter di setiap mode transmisi, Normal (D), Sport (S), dan semi manual yang perpindahan giginya menggunakan paddle shift.
Karakter
Pada mode normal, perpindahan gigi naik atau turun tidak terasa adanya hentakan. Akselerasi spontan dengan pedal gas ditekan hingga mentok (kick down) khas CVT sangat terasa. Rpm langsung berada di posisi maksimal (mendekati redline), sementara spidometer terus naik. Tenaga seolah terus mengalir untuk mencapai kecepatan maksimal.
Sedangkan pada mode sport, tarikan awal (torsi) cukup terasa. Bahkan seperti mendapat porsi yang lebih dibanding mode normal. Sementara untuk mode semi manual, sensasi berkendara transmisi manual amat terasa. Bedanya, ketika lupa mengubah posisi gigi yang lebih tinggi saat jarum rpm mencapai redline, ECU akan langsung memerintahkan perpindahan ke posisi lebih tinggi. Namun jika Anda cukup cermat saat melakukan shift up, jeda perpindahan gigi cukup responsif.
Bahkan saat posisi mobil melaju 100 kpj di posisi gigi 6, dan tiba-tiba langsung diturunkan ke gigi 3, engine brake yang terjadi tidak mengakibatkan hentakan. Hanya jeritan mesin yang terdengar. Ketika mencoba lebih ekstrem dan memindah ke gigi 2, hal tersebut tidak terjadi. Ada indikasi ECU memerintahkan bertahan di gigi 3 agar kinerja mesin tidak terlalu berat.