JAKARTA, KOMPAS.com - Kesuksesan bZ3X sebagai mobil listrik hasil kolaborasi Toyota dengan Guangzhou Automobile Group (GAC) di pasar otomotif China menjadi fenomena menarik bagi pecinta roda empat.
Bagaimana tidak, kendaraan tersebut sukses terjual lebih dari 10.000 unit hanya dalam waktu satu jam usai peluncuran.
Salah satu daya pikat utama pada mobil ramah lingkungan ini ialah harga yang terjangkau untuk masyarakat kelas menengah, yaitu 109.800 yuan atau setara Rp 246 jutaan.
Baca juga: Cek Tarif Tol Trans-Jawa Setelah Diskon 20 Persen untuk Kendaraan Golongan I
Sehingga, banyak pihak yang memprediksi bZ3X akan mengubah peta persaingan EV.
Dengan pencapaian tadi, muncul pertanyaan apakah memungkinkan skema ataupun pola serupa diterapkan di Indonesia?
Apalagi pemerintah telah melayangkan isu adanya mobil nasional.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam mengaku bahwa pihaknya sangat terbuka soal segala kemungkinan, terutama yang bertujuan untuk meningkatkan pasar dan daya saing industri lokal.
Tidak terkecuali, berkolaborasi dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam menciptakan suatu produk.
Baca juga: Cara Polda Metro Jaring Travel Gelap Selama Lebaran 2025
Dalam hal ini, tentu saja kendaraan bermotor roda empat atau lebih.
"Yah di mana saja kan bisa. Kita sudah ada kolaborasi Toyota-Daihatsu di sini. Di India, ada kolaborasi Toyota-Suzuki. Kemudian di China dengan BYD dan GAC, ada kolaborasi dengan Renault juga," kata dia di Jakarta, Rabu (18/3/2025) malam.
"Kolaborasinya pun beragam, ada yang di desain, engine, kita juga ada dengan Subaru untuk 4-wheel drive-nya. Jadi kolaborasi sah-sah saja, di mana saja," ucap Bob.
Baca juga: Kelakar Zulhas Saat Bertemu Pramono dan Pratikno: Jumpa Kalau Menang Enak Ya
"Tentu saja, kita dukung untuk mobil nasional," lanjutnya saat ditanya terkait kolaborasi dengan BUMN atau produsen lokal.
Hanya saja memang untuk membuat kolaborasi atau kerja sama dalam membuat suatu produk, studinya cukup panjang.
Sehingga langkah pertama jika memang berniat untuk menjalinnya, kedua perusahaan harus bertemu untuk membuat peta jalan. "Nanti kita coba petakan bareng-bareng. Intinya apa yang kita bisa perbuat akan kita buat. Tapi jangan lupa, kita jangan hanya kerja sama untuk dalam negeri, namun juga global," ucap Bob.
Baca juga: PTPN Didesak Buka Identitas Para Pelaku Alih Fungsi Lahan di Puncak Bogor
"Kita harus pintar memanfaatkan regional dan global. Jangan karena nasionalisme, terus kita tak mau kerja sama dengan global," tegas dia.
Bob menjelaskan, salah satu skema kerja sama secara regional dan/atau global yang dimaksud ialah melakukan comparative advantage, di mana memaksimalkan suatu komoditas tertentu dan melakukan pertukaran dengan komoditas lainnya dari suatu perusahaan atau negara. "Misalnya kita kerja sama dengan negara lain, oke kamu produksi komponen ini dan saya produksi komponen lain. Nanti saya ekspor komponen saya ke kamu, begitu juga sebaliknya. Itu kan kerja sama yang saling menguntungkan karena kita bisa konsentrasi ke satu komponen," kata Bob.
"Tetapi, pasarnya kan kita bisa gabungkan. Seperti itulah yang kita sebut brands-to-brands complementation," tambah dia. "Kalau sekarang, belum (belum ada kerja sama dengan BUMN)," lanjutnya lagi.
Baca juga: Daimler Masih Persiapkan Bus Listrik untuk Indonesia
Sebelumnya, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengaku bahwa pemerintah sedang mematangkan konsep mobil nasional bersama beberapa pabrikan otomotif di dalam negeri.
Dalam waktu dekat, perusahaan dimaksud akan diundang ke Kementerian Perindustrian RI untuk membicarakannya lebih jauh. "Mobil nasional sekarang kita sedang bahas bersama pabrikan, bahkan tadi ada pabrikan yang sudah menyampaikan kepada saya, mereka punya konsep membangun mobil nasional ini. Sekarang saya sedang tunggu," kata dia di Jakarta, Kamis (13/2/2025) lalu.
Beberapa ketentuan yang akan dirancang dalam proyek mobil nasional ini ialah mengenai tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) dan nilai ekonomi.
Baca juga: Banyak Lahan PTPN di Puncak Disewakan, Komisi VI: Jangan Jualan HGU Perkebunan Negara
Adapun salah satu merek yang berminat dalam program ini, diungkapkan Agus, adalah Polytron. "Polytron tadi salah satunya, yang mengatakan kepada saya bahwa mereka siap untuk membangun mobil nasional. Tetapi nanti ada beberapa selain dia," kata Agus.
Diketahui, sejak era 1970-an, Indonesia memang kerap berupaya menciptakan mobil nasional sebagai simbol kemandirian dan kebanggaan nasional.
Proyek-proyek seperti Toyota Kijang, Timor, Bimantara, hingga Esemka, mencerminkan semangat nasionalisme dan keinginan untuk mengurangi ketergantungan pada produk impor.
Baca juga: Indonesia Belum Punya Ekosistem Bus dan Truk Listrik
Sayangnya, proyek ini tidak berlangsung lama dan timbul tenggelam, hingga pada akhirnya kembali mencuat setelah kehadiran Garuda Limousine alias Maung Garuda hasil produksi PT Pindad (Persero) yang digunakan Presiden RI Prabowo Subianto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya