JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus peredaran oli palsu di Indonesia masih umum dijumpai, bahkan di 2023, aktivitasnya terbilang meningkat. Memasuki kuartal ke-3 tahun ini, sudah ada 2 penyidakan yang dilakukan, yakni di Banten dan Jawa Timur.
Situasi ini juga semakin mengkhawatirkan, karena walaupun angka kasus pemalsuan oli berubah dari tahun ke tahun, ada satu data konkret yang ditemukan, yakni kualitas pemalsuannya semakin meningkat.
Yomie Harlin, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pelumas Indonesia (Aspelindo) menjelaskan, secara tampilan luar dari segi packaging dan kekentalan, kualitas oli palsu varian baru semakin mirip dengan yang asli.
Baca juga: Ini Jadwal Razia Uji Emisi Kendaraan di Jakarta
“Mirip dari segi tampilan, bisa dikatakan identik. Bahkan saya sendiri kalau disodorkan dua sampel yang isinya oli palsu dan asli, mungkin sulit membedakannya,” ucapnya kepada Kompas.com di sela-sela forum diskusi Aspelindo di Jakarta, Kamis (24/8/2023).
Kendati mirip dari segi tampilan, oli palsu masih memiliki kualitas yang jauh lebih rendah dibandingkan yang asli.
Pelumasan serta kemampuannya merawat mesin juga sangat buruk, dan membahayakan kendaraan.
Baca juga: Kendaraan Pakai Oli Palsu Bisa Jadi Salah Satu Penyebab Polusi Udara
Kendati demikian, adanya peningkatan kualitas visual dari oli palsu dirasa meresahkan. Yomie menganggap, modus operandi para oknum yang memproduksi sudah semakin canggih dan terstruktur.
Kasubdit 1 Kombes Pol Indra Lutriano, Perwakilan Bareskrim Polri yang turut menghadiri forum diskusi, memaparkan data terbaru seputar peredaran oli palsu.
Berdasarkan laporan yang sudah dikompilasi sejauh ini, memang ditemukan fakta jika basis produksi dan persebaran oli palsu sebetulnya bisa dilacak.
Baca juga: Kata Toyota Soal Asap Kendaraan Jadi Penyebab Polusi Udara
“Kalau soal ini, kami (Bareskrim) harus bicara dengan data, sejauh 2023 ini baru ada 2 kasus dan kami akan melakukan penelusuran lebih lanjut,” ujarnya kepada Kompas.com.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.