Rasa berkendara
Duduk di Stargazer Active posisinya cukup nyaman. Namun desain Head Unit dan Speedometer membentuk trapesium dan dibuat menyambung dari sisi pengemudi cukup mengganggu visibilitas.
Pilar A juga lumayan tebal sehingga saat belok ke kanan pandangan sedikit terhalang. Setirnya enteng membuat pengemudi tidak mudah pegal. Pun responsif sejalan dengan pengendalian mobil.
Adapun gas terasa sedikit kopong sedikit ada jeda, namun buat di dalam kota macet-macetan enak karena gas tidak agresif.
Di kesempaan lain, saat mencoba manuver zig-zag, handling Stargazer terbilang ringan, setir juga terasa responsif. Menikung dengan kecepatan 40 Kpj, bodi mobil juga tidak terasa limbung cenderung empuk.
Baca juga: Ketemu Bus Ugal-ugalan, Ini Pesan dari Sopir Bus AKAP
Melewati bagian jalan berlubang dan bumpy, suspensi Stargazer mampu meredam guncangan dengan lembut. Sensasi ini lebih terasa ketika lagi duduk di jok baris pertama dan kedua.
Soal rasa berkendara Stargazer Active dengan tipe paling tinggi pun yaitu Prime sebetulnya tidak ada perbedaan. Soal rasa mengendarai sama, yang mana untuk ukuran mobil LMPV Stargazer merupakan mobil yang nyaman dikendarai.
Untuk tes akselerasi Stargazer Active, kondisi 0-60 Kpj ditempuh dalam waktu 6,3 detik dan 0-100 kpj dalam 12,8 detik. Kondisi mobil berdua dengan pengemudi berbobot 75 Kg dan penumpang sekitar 50 Kg.
Baca juga: Hasil Klasemen Usai MotoGP Italia 2023, Bagnaia Kokoh di Puncak
Kompas.com mencoba melakukan tes tingkat konsumsi bahan bakar atau BBM dengan pemakaian dalam kota, baik di jalan kota yang padat dan jalan tol. Kompas.com menjajal Stargazer tipe Active yang merupakan varian paling rendah.
Metode yang digunakan full-to-full. Cara ini dianggap cukup menggambarkan konsumsi harian dan dekat dengan kebiasaan konsumen. Rute yang dipilih ialah jalan biasa untuk beraktivitas. Waktunya bervariasi mulai pagi hingga malam, melewati jalan macet dan juga lengang.
Hitung-hitungannya ialah saat dipakai berkeliling kota selama lima hari mulai dari Bogor, Pantai Indah Kapuk (PIK), Cakung, Bekasi, dan sekitaran Jakarta, mencatatkan total jarak tempuh 373 Km. Kemudian dibagi jumlah konsumsi bensin yaitu 30,4 liter isi Pertamax maka hasilnya didapat 12,26 Km per liter.
Baca juga: Tidak Kuat Menanjak, Truk Tabrak Pagar di Tanjakan Ekstrem MT Haryono
Hitung-hitungan tersebut tidak jauh dengan hasil hitungan rata-rata atau average yang ada di instrumen klaster sebesar 12,7 Km per liter.
Salah satu pertimbangan saat membeli mobil baru adalah soal biaya perawatan dan kepemilikan. Pemilik perlu memperhitungkan cost of ownership agar kondisi mobil awet dan bisa terus dipakai.