Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Sasis Monokok, Serta Plus Minusnya.

Kompas.com - 13/01/2021, 14:01 WIB
Aprida Mega Nanda,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sasis monokok menjadi salah satu pilihan produsen mobil, dalam membangun struktur kendaraan mereka.

Istilah sasis monokok sendiri diambil dari bahasa Prancis yang berarti monocoque, yang maknanya “kulit keras tunggal” atau rangka tunggal.

Baca juga: Belasan Motor Jatuh Saat Melintasi Jalan yang Tercecer Solar di UI Depok

Artinya, antara sasis dan bodi kendaraan menyatu, dimana bodi kendaraan juga turut berfungsi sebagai sasis. Pertama kalinya sasis ini diperkenalkan pada tahun 1923 yang digunakan di mobil Lancia Lambda.

Kemdian Citreon dan Chrysler, pada tahun 1934 juga ikut menggunakan konstruksi tipe monokok. Belakangan, model sasis monokok ini memang menjadi trend dan banyak digunakan pada mobil penumpang.

SUV dengan struktur sasis monokok.Febri A/KompasOtomotif SUV dengan struktur sasis monokok.

Bicara soal kelebihannya, menurut Dealer Technical Support Dept. Head PT Toyota Astra Motor (TAM) Didi Ahadi, sasis ini punya bobot yang ringan. Ini menjadi keuntungan sendiri, ketika pabrikan ingin mengejar efisiensi bahan bakar

Keuntungan lainnya adalah, ruang kabin yang bisa lebih dimaksimalkan, sehingga bisa makin lega.

Baca juga: Bisakah 2 Fitur Baru All New Honda CBR150R Dipakai di Model Lama?

Selanjutnya sebagai tambahan referensi dari Buntarto dalam bukunya mengenai “Pengenalan Bodi Otomotif”, mobil punya bantingan lebih lembut bila menggunakan bodi monokok, dibanding jenis lainnya.

Sedangkan poin minusnya, bila menyarikan dari tiga sumber tersebut yang pertama yaitu, bila terjadi tabrkan, akan sulit diperbaiki. Kemudian yang kedua, sensitif terhadap getaran yang ditimbulkan jalan.

Lalu terakhir, pabrikan mobil akan sulit melakukan facelift atau perombakan, karena harus mengubah bentuk rangka juga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com