Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sering Ganti Jenis BBM Bisa Merusak Mesin Kendaraan?

Kompas.com - 16/11/2020, 13:21 WIB
Ari Purnomo,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menggunakan bahan bakar minyak (BBM) untuk kendaraan yang paling bagus, yakni sesuai dengan rasio kompresinya, tidak terlalu tinggi atau rendah nilai oktannya.

Biasanya, untuk pemilihan jenis bensin yang cocok untuk kendaraan pabrikan sudah memberikan rekomendasi tersendiri.

Rekomendasi ini tentunya tidak sembarangan diberikan begitu saja, tetapi juga sudah melalui perhitungan dan menyesuaikan tingkat kompresi kendaraan.

Untuk kendaraan keluaran terbaru biasanya memiliki tingkat kompresi yang lebih tinggi, sehingga bahan bakar yang digunakan memiliki Research Octane Number (RON) yang tinggi.

Baca juga: Blokir STNK yang Mati 2 Tahun Segera Diberlakukan

Hanya saja, terkadang pemilik kendaraan tidak bisa setia dengan satu jenis bensin saja. Tidak jarang mereka mengganti jenis BBM sesuai dengan keinginannya.

Sejumlah pengendara mengisi bahan bakar di SPBU Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (9/1/2017). PT Pertamina (Persero) langsung menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) mulai 5 Januari 2017. Revisi harga berlaku untuk jenis BBM non-subsidi dengan angka kenaikan sebesar Rp 300.KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Sejumlah pengendara mengisi bahan bakar di SPBU Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (9/1/2017). PT Pertamina (Persero) langsung menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) mulai 5 Januari 2017. Revisi harga berlaku untuk jenis BBM non-subsidi dengan angka kenaikan sebesar Rp 300.

Mengenai perilaku pemilik kendaraan tersebut, Dealer Technical Support Dept Head PT Toyota Astra Motor (TAM) Didi Ahadi mengatakan, penggunaan bahan bakar yang paling bagus mengikuti standar pabrikan.

Dengan menggunakan jenis bensin yang sesuai otomatis akan membuat kinerja mesin juga akan lebih bagus karena pembakaran di ruang mesin lebih sempurna.

Tidak hanya itu, penggunaan BBM yang pas juga bisa membuat komponen kendaraan lebih terjaga keawetannya.

Baca juga: Blokir STNK Segera Berlaku, Pelajari Regulasinya

“Kalau ganti-ganti jenis bahan bakar, misal oktan lebih rendah akan membuat penumpukan kerak karbon di ruang bakar dan membuat mesin menjadi ngelitik,” kata Didi kepada Kompas.com, Minggu (15/11/2020).

Pengendara motor mengantre di SPBU untuk mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis premium, di Bali, beberapa waktu lalu.AFP PHOTO / SONNY TUMBELAKA Pengendara motor mengantre di SPBU untuk mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis premium, di Bali, beberapa waktu lalu.

Selain itu, ketika kendaraan menggunakan BBM dengan oktan lebih rendah bisa menyebabkan performa mesin juga menurun.

Begitu pula, Didi menambahkan, jika menggunakan bensin dengan oktane lebih tinggi akan membuat mesin menjadi lebih panas dan bisa berdampak pada komponen kendaraan.

“Misalkan knalpot menjadi lebih cepat keropos karena panas, komponen mesin seperti seal, bearing juga lebih cepat aus. Juga akan berdampak pada emisi gas buangnya,” ucapnya.

Baca juga: Blokir STNK yang Mati 2 Tahun Akan Berlaku di Seluruh Indonesia

Kepala Bengkel Auto2000 Cilandak Suparna mengatakan, jika kendaraan menggunakan BBM yang nilai oktannya tidak sesuai rekomendasi akan memberikan efek buruk.

Bensin yang dipakai sebaiknya sesuai dengan rekomendasi pabrikan, jangan lebih rendah atau pun lebih tinggi karena akan ada efeknya untuk mesin,” kata Suparna.

Suparna menambahkan, ketika kendaraan minum bensin dengan RON lebih tinggi akan menyebabkan pembakaran di ruang mesin tidak sempurna.

“Kalau mesin dipaksa pakai oktan yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan pembakaran tidak sempurna,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau