JAKARTA, KOMPAS.com - Pertumbuhan sektor otomotif yang dinamis dan potensial menjadi magnet tersendiri bagi para produsen kendaraan bermotor, untuk menjajal keberuntungannya di pasar Indonesia.
Seiring dengan hal tersebut, persaingan kendaraan roda empat di dalam negeri menjadi semakin ketat dan 'panas'. Produk yang ditawarkan ke konsumen pun jadi semakin beragam, mulai mobil murah, kecil, gagah, kapasitas besar, dan sebagainya.
Tapi tidak semua produsen atau merek mampu menuai kesuksessan. Bahkan, beberapa diantaranya terpaksa harus hengkang atas pertimbangan yang berkesinambungan.
Berikut Kompas.com rangkum 7 merek mobil yang sudah kibarkan bendera putih untuk pasar Indonesia selama 20 tahun belakangan:
Baca juga: Banyak yang Masih Salah Kaprah Bagaimana Cara Matikan Mesin Mobil
1. Opel
Berdasarkan catatan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Opel pertama kali eksis di Indonesia pada tahun 1990-an dengan produk Blazer.
Kala itu, General Motors mempercayakan PT General Motors Buana Indonesia untuk memproduksi dan mendistribusi mobil bertampang tangguh tersebut. Kemudian langkah ini dapat tanggapan positif dari kalangan menengah ke atas.
Opel sempat membukukan penjualan sebanyak 5.009 unit hingga kemudian meredup pada akhir 2002 dan menutup pabrik di tahun 2005. Pada tahun terakhirnya, Opel mampu menjual sekitar 1.146 unit mobil.
Kemudian General Motors selaku prinsipal melepas kepemilikan Opel ke PSA Group (Perancis) pada 2016. Kesepakatan ini terjadi dengan gelontoran dana 2,3 miliar dolar AS.
2. Ford
Sejak tahun 2000, PT Ford Motor Indonesia telah berdiri dan mendapat hak sebagai agen tunggal pemegang merek (APM) Ford di Tanah Air.
Ford mulai dikenal masyarakat Indonesia sebagai produsen kendaraan tangguh seperti Ranger dan Everest. Lalu, dalam upaya memudahkan pemiliknya, merek asal Amerika Serikat ini membuka sejumlah diler 3S di beberapa kota besar.
Tak lama berselang, Ford Indonesia melengkapi jajaran produk Ford dengan Focus, Escape, hingga Fiesta serta Ecosport. Sayangnya, Ford harus hengkang di 2016 karena keputusan bisnis dari prinsipal.
Baca juga: Bisnis Otomotif Grup Astra Raih Pangsa Pasar 45 Persen
3. Subaru
Datang membawa identitas unik sebagai produsen mobil berpenggerak 4WD dan mengusung mesin boxer, kehadiran Subaru di Indonesia menjadi angin segar para pecinta kendaraan roda empat.
Model-model seperti Forester, Tribecca, Outback, Exiga, BRZ, XV, sampai Impreza jadi andalannya dalam upaya menggoda masyarakat kelas atas.
Sayangnya, pabrikan asal Jepang ini harus hengkang dari Tanah Air karena tersandung masalah pajak atas aktivitas impor pada 2013. Penyitaan ratusan mobil baru kemudian menyusul tak lama setelahnya.
Penjualan mobil-mobil Subaru terpaksa dihentikan, karena ATPM-nya tidak mau membayar pajak kendaraan. Akibatnya aset di tujuh lokasi yaitu Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Batam, Malang, Surabaya, Denpasar, dan Tangerang disita.
4. Chevrolet
Usai gagal bersama Opel, General Motors kembali harus mengangkat bendera putih untuk pasar Indonesia atas merek Chevrolet dengan alasan serupa yakni persaingan dan bisnis.
Penghentian penjualan Chevrolet di dalam negeri dilaksanakan pada akhir Maret 2020. Kendati demikian, agen pemegang merek tetap memastikan layanan purna jualnya.
"Kami tidak sepenuhnya hengkang, diler-diler kami tetap buka seperti sebelumnya untuk melayani pelanggan dengan layanan purna jual," kata External Affairs and Communication Director GM Indonesia, Yuniadi Hartono.
Adapun beberapa produk yang sempat diandalkan dahulu ialah Chevrolet Spin, Chevrolet Trax, Chevrolet Captiva, serta Chevrolet Trailblazer.
5. Infiniti
Infiniti merupakan sub-merek yang menjual segmen mobil premium di bawah bendera PT Nissan Motor Indonesia. Melakukan debut perdana pada 2011, penjualan mobilnya berhasil mencapai 56 unit.
Namun pada tahun-tahun berikutnya angka penjualan Infiniti terus terjadi penurunan hingga pada akhirnya produsen memutuskan untuk menghentikan aktivitas pemasaran di pertengahan 2018.
Sebelum keputusan tersebut, Infiniti sempat tidak dapat menjual satu unit mobil pun pada 2017.
Baca juga: Jika Tak Dikawal Polisi, Mobil Berpelat Nomor Dewa Tidak Sakti
6. Datsun
Tak berselang lama, PT Nissan Motor Indonesia kembali terpaksa harus merelakan sub-merek yang dipasarkannya, Datsun, pada Maret 2020 menyusul keputusan prinsipal atas perlambatan pertumbuhan volume penjualan dan krisis internal.
Kabar atas hengkangnya Datsun sebenarnya sudah santer terdengar sejak akhir 2019. Kemudian kabar tersebut diperkuat oleh dihentikannya produksi dan distribusi model terbaru Datsun Indonesia, Go Cross.
"Akhir dari produksi kendaraan adalah bagian dari rencana optimisasi yang mencangkup pembenahan, optimalisasi produksi, dan penataan ulang operasi bisnis," ujar President Director PT Nissan Motor Indonesia Isao Sekiguchi.
Kendati demikian, pihak Nissan tetap berkomitmen soal layanan purna jual seperti ketersediaan suku cadang dan jaminan garansi Datsun.
7. Geely
PT Geely Mobil Indonesia (GMI) sempat berupaya untuk mendobrak dominasi mobil Eropa dan Jepang di Tanah air pada 2010 dengan produk Geely.
Langsung menerapkan model bisnis secara completely knock down (CKD), nasib Geely tidaklah semulus proyeksinya. GMI hanya bertahan tiga tahun usai masalah internal dan volume penjualan.
“Geely bukan perusahaan global tapi dia mau masuk pasar global. Jadi yang dikirim (ke Indonesia) orang-orang yang tidak punya kapasitas," kata Presiden Direktur GMI Hosea Sanjaya waktu itu.
"Asal bisa bahasa Inggris dikit, pengalaman tidak cukup, sendi-sendi mengelola perusahaan tidak cukup. Menunjuk diler, menentukan harga, mencari penyuplai, menyewa gudang, tidak tahu,” lanjutnya.
Singkat cerita, pada 2013 GMI diakuisisi oleh perusahaan lokal, Auto Mandiri Group. Sejak saat itu Indonesia menjadi dominan sebab kepemilikan Auto Mandiri Group menjadi 70 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.