SOLO, KOMPAS.com - Sepeda motor dengan transmisi otomatis menjadi pilihan masyarakat di Indonesia. Banyak hal yang menjadikan skuter matik (Skutik) menjadi kendaraan paling laris dan mendominasi penjualan roda dua nasional.
Salah satunya, yakni tingkat kenyamanan serta kemudahan dalam pengoperasiannya.
Pengendara motor matik ini tidak perlu repot-repot memindah gigi transmisi untuk menyesuaikan tingkat kecepatannya.
Percepatan kendaraan sudah berjalan secara otomatis mengikuti putaran gas dari sang pengendara.
Baca juga: Ingat, Mengemudi Sambil Main Ponsel Lebih Bahaya dari Pengaruh Alkohol
Tetapi, di balik kemudahan dan kenyamanannya ternyata ada bahaya yang mengintai pengendara, yakni potensi rem blong.
Kejadian ini sering terjadi di daerah yang berkontur perbukitan atau jalur puncak, di mana skutik sering melaju di jalur turunan.
Saat melaju di jalur menurun banyak pengendara yang terlalu sering menggunakan rem untuk mengurangi kecepatannya.
Padahal, cara tersebut justru bisa menyebabkan rem mengalami blong atau gagal fungsi untuk mengurangi kecepatan kendaraan.
Selain itu, yang lebih parah kejadian ini bisa menyebabkan terjadinya kecelakaan hingga menimbulkan korban jiwa.
Pemilik bengkel spesialis matik Naranata Motor Joko Purnomo menjelaskan, tidak berfungsinya sistem pengereman pada skutik disebabkan karena adanya pemuaian pada seal kaliper cakram.
Kondisi tersebut membuat piston pada rem tidak bisa bekerja sebagaimana mestinya saat menekan cakram atau macet.
Baca juga: Ketahui Ini Bahaya Mengemudi Sambil Main Ponsel
“Rem kalau dipaksa terus bekerja akan menjadi panas, jika sudah panas seal di kaliper akan memuai sehingga membuat piston di kaliper menjadi macet,” ujar Joko kepada Kompas.com, Senin (24/8/2020).
Selain itu, Joko melanjutkan, terlalu sering menggunakan rem membuat piringan cakram menjadi panas sehingga permukaannya menjadi lebih licin.
“Kondisi ini membuat kampas rem tidak bisa mencengkeram dengan sempurna dan membuat rem menjadi blong,” katanya.
Sedangkan rem belakang yang sering digunakan juga bisa membuat tingkat kepakeman menjadi berkurang.
“Kalau menggunakan rem di jalan turunan bergantian antara depan dan belakang, sehingga ada jeda untuk mendinginkan rem. Tapi biasanya kan ditekan semuanya, jadi panas semua dan tidak pakem,” ujarnya.
Baca juga: Mengendarai Motor Sambil Dengarkan Musik Bahaya, Ini Penjelasannya
Sebagai langkah antisipasinya, Joko menyarankan, agar pengendara tidak terus-terusan menggunakan rem saat melaju di turunan.
Cara lain, bisa juga istirahat sejenak untuk mendinginkan sistem pengereman sehingga bisa kembali normal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.