Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/08/2020, 19:21 WIB
Aprida Mega Nanda,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pada sadarnya, ban kendaraan dibuat dari karet dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Tingkat kekerasan ini sering diistilahkan sebagai kompon.

Kompon ban terdiri dari tiga jenis, yakni soft, medium dan hard. Khusus yang pertama, ini adalah jenis ban yang dinilai paling baik untuk bermanuver. Harganya juga lebih mahal.

Penggunaan karet yang lebih lembut membuat ban kompon “soft” punya daya cengkram yang paling baik dibanding dua jenis ban lainnya. Namun bukan berarti ban jenis ini tidak punya kekurangan.

On Vehicle Test PT Gajah Tunggal Tbk, Zulpata Zainal, mengatakan, ban kompon soft sangat tidak disarankan untuk penggunaan harian karena bisa berbahaya.

Menurutnya, ban soft pada awalnya adalah ban yang dibuat untuk kebutuhan balapan di sirkuit. Oleh sebab itu, ban jenis ini memiliki tingkat keausan yang lebih cepat.

Baca juga: Mulai Musim Hujan, Pengguna Motor Jangan Asal Berteduh

“Kalau ban biasa bisa sekitar 60.000-80.000 km, tergantung perawatan. Kalau ban soft umurnya paling hanya 100 kilometeran saja,” ujar Zulpata kepada Kompas.com, Jumat (14/8/2020).

Pemakaian ban soft setelah pit stop adalah bagian dari taktik yang membuat Sean Gelael finis di posisi dua Race 1 F2 di Monako, Jumat (25/5).ARIEF KURNIAWAN/BOLASPORT Pemakaian ban soft setelah pit stop adalah bagian dari taktik yang membuat Sean Gelael finis di posisi dua Race 1 F2 di Monako, Jumat (25/5).

Selain lebih cepat aus, Zulpata menyebut ban soft juga lebih sensitif. Sebab ban jenis ini lebih mudah sobek jika berbenturan dengan benda keras.

Rata-rata permukaan aspal di sirkuit relatif mulus. Belum lagi lintasan di sirkuit juga lebih bersih darI benda-benda yang kerap ada di jalanan, misalnya kerikil.

Baca juga: 10 Mobil Bekas Rp 25 Jutaan, Bisa Dapat BMW Lawas

Kondisi seperti itulah yang tidak ditemui di jalanan umum, apalagi di Indonesia. Sebab, kondisi permukaan jalanan di sebagian besar wilayah Indonesia tidak semulus jalanan di banyak negara-negara maju.

“Jadi, sangat berisiko ketika dipakai harian, kita tidak bisa menduga ada batu segala macam. Potensi untuk sobek besar. Belum lagi aspal kita kan tidak mulus,” tuturnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com