Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Operasi Ketupat 2020, Operasi Terlama Sepanjang Sejarah

Kompas.com - 22/05/2020, 16:07 WIB
Gilang Satria,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Berbeda dengan Operasi Ketupat tahun-tahun sebelumnya yang berlangsung sekitar 14 hari, maka tahun ini kondisinya berbeda karena berlangsung selama 38 hari.

Kabag Ops Korlantas Polri, Kombes Pol Benyamin, mengatakan, Operasi Ketupat tahun ini merupakan yang terlama dalam sejarah karena dilakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19.

"Operasi Ketupat hannya dua minggu, kalaupun ada tambahan misalkan hari libur, puncak arus balik biasanya diperpanjang oleh Mabes Polri 3 hari jadi maksimal 16 -17 hari. Taii yang sekarang ini 38 hari dari tanggal 24 April sampai 31 Mei," kata Benyamin kepada Kompas.com, dalam acara Otolive belum lama ini.

Baca juga: Curhat Polisi Soal Operasi Ketupat Lebih Ribet di Tengah Pandemi

Petugas melakukan pemeriksaan di check point penyekatan pertama di ruas tol Jakarta - Cikampek Km 31, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (24/4/2020). Larangan mudik mulai diberlakukan pemerintah mulai 24 April 2020 pukul 00.00 WIB untuk mencegah penyebaran Covid-19 melalui Operasi Ketupat 2020. Kendaraan pribadi baik motor atau mobil dan kendaraan umum berpenumpang dilarang keluar dari wilayah Jabodetabek.KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO Petugas melakukan pemeriksaan di check point penyekatan pertama di ruas tol Jakarta - Cikampek Km 31, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (24/4/2020). Larangan mudik mulai diberlakukan pemerintah mulai 24 April 2020 pukul 00.00 WIB untuk mencegah penyebaran Covid-19 melalui Operasi Ketupat 2020. Kendaraan pribadi baik motor atau mobil dan kendaraan umum berpenumpang dilarang keluar dari wilayah Jabodetabek.

Benyamin mengatakan, Operasi Ketupat rutin digelar setiap tahun sebagai pengamanan arus mudik dan arus balik. Namun kali ini juga berfungsi untuk mencegah pemudik pulang ke kampung halaman.

"Sampai dengan hari ke-26 (Ramadhan) sudah 54 ribu kendaraan yang diputar balik," katanya.

Benyamin mengatakan, polanya pun berbeda antara pekan pertama, kedua dan ketiga. Pemudik yang terpaksa putar balik paling banyak di minggu pertama setalah ada larangan mudik.

"Dari minggu pertama sampai minggu ketiga beda. Minggu pertama tinggi, sebab mereka coba mudik lebih awal, memasuki minggu kedua dan ketiga turun, masuk minggu keempat ini naik lagi, karena keinginan mudik main menggebu-gebu," katanya.

Baca juga: Ini Sanksi Mudik Lokal dan Keluar Jabodetabek dari Dishub DKI

Petugas melakukan pemeriksaan di check point penyekatan pertama di ruas tol Jakarta - Cikampek Km 31, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (24/4/2020). Larangan mudik mulai diberlakukan pemerintah mulai 24 April 2020 pukul 00.00 WIB untuk mencegah penyebaran Covid-19 melalui Operasi Ketupat 2020. Kendaraan pribadi baik motor atau mobil dan kendaraan umum berpenumpang dilarang keluar dari wilayah Jabodetabek.KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO Petugas melakukan pemeriksaan di check point penyekatan pertama di ruas tol Jakarta - Cikampek Km 31, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (24/4/2020). Larangan mudik mulai diberlakukan pemerintah mulai 24 April 2020 pukul 00.00 WIB untuk mencegah penyebaran Covid-19 melalui Operasi Ketupat 2020. Kendaraan pribadi baik motor atau mobil dan kendaraan umum berpenumpang dilarang keluar dari wilayah Jabodetabek.

Selama Operasi Ketupat, kepolisian juga membuat bebera titik chek point untuk mencegah masyarakat yang akan mudik Lebaran.

Benyamin mengatakan, secara garis besar ada 56 titik check point yang tersebar dari Lampung sampai Jawa Timur.

"Kenapa? karena inilah daerah prioritas yang kita pantau untuk mudik, memang ada di Kalimantan dan Sumatera antar provinsi tapi cukup dilakukan sistem PSBB masing-masing wilayah. Tapi kalau untuk check point atau pengecekan yang benar-benar ada 56 titik termasuk pelabuhan Merek dan Ketapang, Bali hanya satu Gilimanuk saja," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau