JAKARTA, KOMPAS.com - Kendaraan listrik mengandalkan baterai sebagai sumber tenaga. Baterai tersebut perlu diisi ulang jika habis dayanya. Untuk efisiensi, diperlukan fast charging station atau stasiun cas cepat di Indonesia.
Kapasitas daya pada baterai mobil listrik cukup besar. Untuk itu, pengisian dayanya juga membutuhkan waktu hingga terisi penuh. Salah satu solusi untuk melakukan penghematan waktu adalah dengan menghadirkan fast charging station.
Fransiscus Soerjopranoto, Executive General Manager PT Toyota Astra Motor (TAM), mengatakan, Toyota siap bekerja sama dengan pemerintah untuk membangun infrastruktur kendaraan listrik, salah satunya dengan membantu pengadaan fast charging station.
"Kebutuhan fast charging station itu kalau kita hitung kira-kira, 120 km perlu dibangun satu," ujar Soerjo, dalam acara focus group discussion "Kajian Implementasi Kendaraan Elektrifikasi (EV) Dalam Mendukung Percepatan Kendaraan Bermotor Listrik sebagai Industri Berkelanjutan Pascaterbitnya Perpres No 55/2019", di Menara Kadin, Jakarta, Selasa (27/8/2019).
Pria yang akrab disapa Soerjo tersebut menambahkan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sudah melakukan penghitungan dan jumlah investasi untuk membangun fast charging station bisa mencapai Rp 1 miliar.
"Kalau kita hitung kira-kira 120 km satu fast charging station. Jadi, bisa dibayangkan berapa fast charging station yang harus dibangun oleh Indonesia," kata Soerjo.
Menurut Soerjo, kemampuan kendaraan listrik sekarang masih bervariasi. Kalau berasumsi dengan 160 km saja, harus disesuaikan lagi dengan kondisi di indonesia. Sebab, kondisi di Indonesia sangat spesifik.
"Kita perlu lihat kalau macet, kan otomatis baterainya akan cepat habis. Digunakan kecepatan tinggi pun, kalau Tesla bilang mereka bisa sampai 200 kpj seperti Lamborghini, baterainya kan juga akan cepat turun. Makanya, kita hitung standarnya, di negara2 maju pun juga standarnya 120 km," ujar Soerjo.
https://otomotif.kompas.com/read/2019/08/28/191656515/pembangunan-fast-charging-station-yang-ideal