Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seberapa Berbahaya Bell's Palsy Buat Pengendara Motor dan Mobil?

Kompas.com - 15/02/2024, 08:52 WIB
Gilang Satria,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengendara sepeda motor dan mobil punya potensi terserang bell's palsy, yaitu penyakit yang terjadi pada salah satu sisi otot wajah sehingga salah satu sisi wajah tampak melorot.

Dr. M. Arief Novianto, MKK, SpOk, Chief Medical Officer Cakra Medika Clinic, mengatakan, salah satu penyebab bell's palsy yaitu pengendara motor dan pengguna mobil yang terpapar angin langsung ke wajah.

Baca juga: Presiden Jokowi dan Jajaran Menteri Dipastikan Buka Pameran IIMS 2024

"Bell's palsy disebabkan karena adanya paparan suhu dingin, itu bisa dari AC atau angin yang terpapar pada salah satu sisi wajah kita terus menerus," ujar Arief kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.

Ilustrasi pengemudi mobil di jalan. Polisi dicakar dan dibentak oleh pengendara mobil di Jembatan Suramadu, Senin (4/9/2023).UNSPLASH/takahiro taguchi Ilustrasi pengemudi mobil di jalan. Polisi dicakar dan dibentak oleh pengendara mobil di Jembatan Suramadu, Senin (4/9/2023).

Pertanyaannya, seberapa berbahaya bells's palsy dan apakah yang terserang penyakit tersebut bisa sembuh?

"Apakah kondisi ini (bell's palsy) termasuk penyakit gawat darurat medis, jawabannya tidak karena ini hanya berupa pelemahan syaraf wajah," ujar Arief.

Baca juga: Truk di Indonesia Perlu Usia Pakai, Maksimal 20 Tahun

Arief mengatakan, bell's palsy bisa terjadi karena pengendara motor tak pakai helm dan terkena terpaan angin malam terus menerus, serta pengguna mobil di mana embusan AC mengenai wajah yang mana hawa dingin sampai masuk liang telinga.

Namun, pemicu tersering bell's palsy adalah adanya infeksi virus dan sebenarnya lebih banyak terjadi pada kasus wanita hamil, pengidap diabetes, dan HIV.

Tips naik motor dengan helm full-face untuk pengendara berkacamatamotorcycledaily.com Tips naik motor dengan helm full-face untuk pengendara berkacamata

"Dengan fisioterapi dan dengan mengurangi paparan eksternal serta menemukan penyebab penyakit maka itu (bell's palsy) bisa kembali sembuh seperti sedia kala," ujar Arief.

"Biasanya fisioterapinya antara 2-6 bulan. Beda dengan stroke, akan tetapi dalam proses fisioterapi itu diperkuat dengan obat-obatan yang memperkuat syaraf," katanya.

Baca juga: Ethiopia Jadi Negara Pertama yang Larang Mesin Bahan Bakar Minyak

Dr Arief, yang juga spesialis kedokteran okupasi, mengatakan, meski ciri-cirinya mirip bell's palsy berbeda dengan stroke.

"Memang sekilas mirip stroke, jadi wajahnya tidak simetris dan cenderung melorot di salah satu sisi. Tapi kalau stroke itu selain wajah juga diikuti separuh badan yang lain, yaitu tangan walaupun kaki," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com