Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mobil Zaman Sekarang Masih Minum Pertalite, Ini Dampaknya

Kompas.com - 28/06/2022, 14:21 WIB
Donny Dwisatryo Priyantoro,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Penggunaan Pertalite akan diperketat mulai 1 Juli 2022. Hanya mobil tertentu saja yang dapat menggunakannya.

Pertalite merupakan bahan bakar dengan nilai oktan 90. Untuk nilai oktan tersebut, direkomendasikan untuk mobil dengan mesin yang memiliki rasio kompresi 1:9 hingga 1:10.

Umumnya mobil keluaran terbaru saat ini memiliki rasio kompresi yang relatif tinggi, yakni minimal 11:1 atau 12:1. Sehingga, bahan bakar yang dibutuhkan juga harus menyesuaikan.

Baca juga: Mulai 1 Juli, Beli Pertalite dan Solar Wajib Daftar Dulu

Kepala Bengkel Auto2000 Cilandak Suparna, mengatakan, jika mobil tersebut menggunakan BBM oktan rendah, proses pembakarannya akan lebih dini. Sehingga, mesin akan mengalami detonasi atau istilah lainnya mesin ngelitik (knocking).

Pertalite semakin diminati dan tersedia di seluruh kota serta kabupaten di Jawa Barat dan Banten. Harga pun turun per 1 September 2015.Pertamina Pertalite semakin diminati dan tersedia di seluruh kota serta kabupaten di Jawa Barat dan Banten. Harga pun turun per 1 September 2015.

"Jika itu terjadi maka tenaga berkurang dan pengemudi menginjak pedal gas harus lebih dalam," kata Suparna, ketika dihubungi Kompas.com, beberapa waktu lalu.

Sementara jika mobil tersebut menggunakan BBM dengan oktan yang sesuai rekomendasi pabrikan, proses pembakarannya akan sempurna.

"BBM dengan oktan tinggi itu tidak mudah terbakar seperti oktan rendah. Jadi semua proses pembakarannya sempurna, dan ingat itu hanya berlaku untuk mobil keluaran sekarang karena kompresinya juga sudah tinggi," ujar Suparna.

Baca juga: Soal Larangan Beli Pertalite, BPH Migas Kaji Mobil Mewah 2.000 cc ke Atas

Namun, bukan berarti mobil keluaran lama akan lebih baik jika memakai bahan bakar dengan oktan tinggi. Sebab, kompresi rendah tidak membutuhkan bahan bakar oktan tinggi. Paling tepat adalah mengikuti rekomendasi pabrikan.

Petugas melayani pembeli Pertalite di SPBU Abdul Muis, Jakarta Pusat, Jumat (24/7/2015). PT Pertamina (Persero) mulai menjual Pertalite dengan oktan 90 kepada konsumen dengan harga Rp.8400 perliter. KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMOKRISTIANTO PURNOMO Petugas melayani pembeli Pertalite di SPBU Abdul Muis, Jakarta Pusat, Jumat (24/7/2015). PT Pertamina (Persero) mulai menjual Pertalite dengan oktan 90 kepada konsumen dengan harga Rp.8400 perliter. KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO

Didi Ahadi, Dealer Technical Support Dept. Head PT Toyota Astra Motor (TAM), mengatakan, kendaraan yang tidak mengikuti anjuran pabrikan untuk menggunakan bahan bakar dengan oktan tertentu akan menimbulkan dampak buruk pada mesin.

"Adanya penimbunan kerak karbon di ruang bakar, karena tidak terbakar dengan sempurna. Sehingga mengakibatkan mesin mengelitik," kata Didi.

Didi menambahkan, tenaga yang dihasilkan oleh mesin juga dapat berkurang, karena terjadi penumpukan karbon di ruang bakar. Selain itu, bisa juga membuat injector menjadi tersumbat dan masalah-masalah lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau