JAKARTA, KOMPAS.com - Tampang standar motor zaman dulu atau jadul, Yamaha RS100 sebetulnya cukup menawan. Tampilannya klasik dengan tangki lonjong sebab motor ini memang lahir pada pertengahan 70'an.
Meski demikian tidak bagi Wahyu Diwa, punggawa Diwa Creative Studio di bilangan Depok, Jawa Barat, yang enggan main ''orisinilan'' dengan tampang jadul, dan justru mengubahnya jadi cafe racer.
Baca juga: Honda CB100 Dicari karena Dilan 1990
"Kesan pertama culun dan kaku, tapi itu yang dipersembahkan di Yamaha RS 100 ini, acuannya pada desain Eropa yang dominan karena simpel dan tidak banyak ornamen," kata Diwa kepada Kompas.com, belum lama ini.
Meski berubah jenis, Diwa berusaha tetap mempertahankan beberapa komponen standar agar motor tidak jauh berubah. Konsep memang berusaha sederhana seperti keluaran pabrik.
Diwa masih mempertahankan suspensi depan original, tangki, bodi samping dan mesin. Ubahannya hanya pada penambahan tail wasp alias buntut tawon yang merupakan ciri khas cafe racer.
Baca juga: Yamaha RX-King Bergaya Cafe Racer Gara-gara Jatuh ke Jurang
"Sasis belakang dipotong dan dibungkus dengan hornet yang dibuat dari ujung tangki GL 100 memang hal ini di sengaja untuk mendapatkan keunikan di bagian hornet," katanya.
Bodi dilabur warna biru langit dikombinasi aksen grafis emas. Tak lupa sebagai penggemar Nuno Bettencourt, Diwa membubuhkan judul album keempat Extreme,a.
Spesifikasi:
Mesin Yamaha RS 100 1974
Ban: FDR 120/18
Pelek: DID depan belakang lebar 2,5 inci lingkar 18 inci
Shock Depan: Yamaha RS 100
Setang: Custom
Bodi: Original RS 100
Tangki: RS 100
Buntut: Custom dari tangki GL 100
Cat: Spies Hecker