Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Masalah Pemain Baru Otomotif di Indonesia

Kompas.com - 05/05/2016, 10:30 WIB
Ghulam Muhammad Nayazri

Penulis

Jakarta, KompasOtomotif – Sudah sejak lama perusahaan otomotif Jepang menguasai pasar otomotif tanah air. Bagi pendatang baru, akan cukup berat ketika datang ke Indonesia tanpa persiapan matang dan tepat.

Zafar Momin, Managing Director Head of Southeast Asia LEK Consulting, yang juga merupakan pengamat pasar otomotif ASEAN mengatakan, yang pertama jadi kendala saat bersaing dengan Jepang di Indonesia adalah mereka (merek Jepang) terlalu besar.

“Dalam industri otomotif, biaya yang dikeluarkan datang dari besarnya skala produksi, semain besar maka akan semakin kecil biaya produksi. Sementara pemain baru yang masih meraba pasar, belum memiliki keuntungan seperti itu, jadi akan cukup kedodoran dari segi biaya, ketika akan bertarung,” ujar Zafar kepada KompasOtomotif, Kamis (21/4/2016).

Kedua, lanjut Zafar, pemain baru akan kesulitan ketika ingin mendapatkan pemasok lokal. Penyebabkan karena para pemasok di Indonesia, sudah jadi agen khusus untuk Jepang.

“Kenapa itu bermasalah, karena Jepang bisa mengontrol gerak para pemasok mereka. Perusahaan komponen mungkin saja setuju untuk menjadi pemasok pemain baru, namun ketika merek Jepang tidak setuju, maka perusaha itu akan ikut. Ini lantaran mereka takut kehilangan proyek dari pemain besar. Ini benar terjadi,” kata Zafar.

Zafar menambahkan, yang ketiga, pemain baru mungkin akan kesulitan dan membutuhkan kembali butuh biaya lebih besar, ketika ingin mendapat rekanan, sebagai distributor (diler). Beberapa pihak pasti akan berebut untuk menjadi diler Toyota, Honda , Nissan atau Suzuki, namun pihak-pihak tersebut merasa beresiko jika harus menjad diler untuk merek baru.

“Ini karena mereka berpikir bisnisnya tidak akan sukses, lantaran dijepit oleh pemain-pemain besar, jadi dirasa sangat beresiko. Walaupun akhirnya ada yang bersedia, pihak tersebut akan menginginkan pembagian hasil sebagai jaminan resiko,” ujar Zafar.

Zafar memberi contoh, ketika Toyota memberikan 10 persen, lain halnya dengan merek baru, yang diminta memberikan 20-an persen dari keuntungan menjual produkya. “Itu yang membuat para pemain baru kesulitan dan memeras banyak keringat untuk membangn pasar di Indonesia. Manufature cost high and distribution cost high, jadi sangat sulit untuk menembus pasar,” tutur Zafar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com