JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah berencana membatasi penyaluran BBM bersubsidi jenis Pertalite (RON 90) tahun ini. Menyambut keputusan tersebut, Yamaha Indonesia mengaku siap jika harus beralih ke bioetanol.
Keputusan tersebut akan disahkan melalui revisi Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014. Namun, sampai sekarang belum diketahui detail aturannya. Meski demikian, mesin motor Yamaha diklaim siap untuk menggunakan jenis bahan bakar yang kualitasnya rendah sekalipun.
Baca juga: Ini Bocoran Kendaraan yang Boleh Pakai Pertalite
"Kalau mesin, pasti siap. Bahkan, untuk pengujian sendiri bahan bakar terburuk pun kita coba. Mesin mungkin oke, tapi untuk memaksimalkan proses pembakaran pasti ada efek jika menggunakan bahan bakar yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan," ujar Antonius Widiantoro, kepada wartawan, saat ditemui di Bali, belum lama ini.
"Bahan bakar yang kita anjurkan bensin bebas timbal. Tujuannya semuanya untuk memaksimalkan proses pembakaran. Biar bagaimana pun, performa juga didukung dari penggunaan bahan bakar yang sesuai," kata Antonius.
Anton menambahkan, konsumen tidak perlu khawatir. Bahkan, motor-motor yang diekspor oleh PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) sudah bisa dicoba dengan menggunakan etanol.
Baca juga: Jakarta Konsumsi 5.000 Liter Pertamax Green 95 Per Hari
"Walaupun, bahan bakarnya harus kita impor dari luar. Motor yang kita ekspor ke Eropa, itu kan menggunakan etanol berapa ya, E5 atau E20, itu juga kita coba. Sebab, kalau di sana pakai bioetanol, masa kita uji cobanya pakai Pertalite atau Pertamax," ujarnya.
Saat ini, Pertamina sudah menyediakan Pertamax Green. Bahan bakar tersebut merupakan pencampuran Pertamax dengan bioetanol sebesar 5 persen (E5). Pertamax Green memiliki nilai Research Octane Number (RON) 95.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.