JAKARTA, KOMPAS.com - Terjadi kecelakaan yang melibatkan pengemudi mobil dan pengendara motor di kawasan Cakung, Jakarta Timur, Rabu (14/6/2023).
Video yang berisi momen kecelakaan itu lantas beredar di berbagai platform media sosial. Dalam rekaman itu terlihat pengemudi mobil berinisial O yang menabrak pengendara motor berinisial MBP hingga terseret beberapa meter setelah ditabrak dan terlindas mobil pelaku.
Akibat kejadian tersebut, pengendara motor yang tertabrak meninggal dunia.
Dikutip dari Kompas.com, Jumat (16/6/2023), Kanit Laka Satlantas Jakarta Timur Iptu Darwis Yunarta mengatakan, sebelum kecelakaan sempat terjadi cekcok antara O dan MBP di Jalan Raya Bekasi, dekat pintu masuk Tol Cakung-Kelapa Gading.
Baca juga: Wuling Bawa Air ev dan Alvez di Jakarta Fair 2023
Cekcok bermula saat O bersama ibunya mengendarai mobil menuju Kelapa Gading. Setibanya di kawasan Cakung, mobil yang dikendarai O menyenggol sepeda motor MBP.
Keduanya sempat menepi dan masing-masing turun dari kendaraannya. Cekcok sempat terjadi meski segera ditangani oleh ibu O.
Masalah ternyata tidak berhenti di sana. Berdasarkan pengakuan O, MBP merusak kaca spion kanan mobilnya, lalu langsung kabur. Tidak terima, O mengejar MBP untuk menghentikan korban.
"Namun, rupanya terjadi hal lain, sehingga menyebabkan korban (tertabrak) terluka, dan meninggal dunia saat menjalani perawatan di rumah sakit,” kata Darwis.
Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana mengatakan, setiap langkah dalam berkendara pasti ada yang harus dipertanggungjawabkan.
“Saat mengemudi dengan emosi maka akan ada akibatnya, ditambah dengan skill yang terbatas akan menimbulkan korban yang bisa cedera atau hilang nyawa. Mereka tidak bisa milih-milih,” kata Sony.
Sony menambahkan, pengendara sebaiknya menghindari situasi yang dapat menimbulkan emosi di jalan raya. Mengemudikan kendaraan tidak hanya sehat secara fisik, tapi juga mental karena menghadapi lingkungan, provokasi, dan gangguan yang datang dari luar kendaraan.
“Emosi adalah hal yang wajar pada manusia. Namun, bedanya ada pada hasil emosi yang dihasilkan. Harus terkontrol dan sesuai aturan. Pertimbangkan bila melakukan tindakan agresif, apa akibatnya bila berurusan dengan hukum,” kata dia.
Kemudian sikap lainnya adalah menghargai pengguna jalan lain, siapa saja, termasuk petugas di jalan raya atau bahkan dengan orang yang dianggap mengemudikan kendaraan secara agresif.
“Berkendara secara defensif. Seperti sejak awal tidak melanggar peraturan lalu lintas, mau mengalah dengan pengguna jalan lainnya. Jika bertemu dengan pengendara yang sedang agresif, berpikir positif saja, mungkin dia sedang buru-buru ada urusan penting yang tidak bisa dikompromikan. Segera beri jalan, atau menjauh,” ucap Sony.
Baca juga: Teknisi Honda Indonesia Targetkan Juara Pada Kontes Mekanik di Jepang
Menurut Sony, tidak ada untungnya bila emosi dibiarkan meluap. Banyak konsekuensi yang akan dihadapi baik secara hukum maupun sosial.
“Terakhir, untuk menghindari terjadi masalah, rencanakan perjalanan dengan matang. Pikirkan rute yang dilewati, kondisi jalan, lalu lintas. Ini bisa mengurangi kena masalah di jalan,” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.