Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tekanan Otomotif Indonesia: Menurunnya Daya Beli Kelas Menengah

Kompas.com - 31/12/2024, 08:22 WIB
Muh. Ilham Nurul Karim,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kondisi sektor otomotif di Indonesia diperkirakan masih akan menghadapi tekanan berat dalam tahun-tahun mendatang.

Menurut Agus Purwadi, pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), situasi ini sangat dipengaruhi oleh melemahnya daya beli masyarakat kelas menengah, yang selama ini berperan sebagai mayoritas pembeli kendaraan bermotor.

"Secara umum, berdasarkan prediksi dan kondisi yang ada saat ini, sektor otomotif masih akan mengalami tekanan yang cukup berat. Khususnya karena daya beli kelas menengah sebagai first buyer sedang tertekan dan turun kemampuannya," ujarnya dalam wawancara dengan Kompas.com.

Baca juga: Deretan Kasus Kecelakaan Maut Sepanjang 2024

Data terbaru mengenai penjualan mobil nasional menunjukkan tren penurunan yang signifikan.

Dari Januari hingga November 2024, total penjualan mobil hanya mencapai 784.788 unit, menurun 135.730 unit dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Penurunan ini mencerminkan dampak negatif dari menurunnya daya beli masyarakat yang menjadi tulang punggung sektor otomotif.

Ilustrasi pameran otomotif.kompas.com Ilustrasi pameran otomotif.

Kelas Menengah Sebagai Penopang Ekonomi

Agus menegaskan bahwa kelas menengah memiliki peran krusial dalam mendorong sektor konsumsi, industri, dan ekonomi secara keseluruhan.

Baca juga: Tangkas Siapkan Motor Listrik Baru, Jarak Tempuh Mencapai 120 Km

Namun, beban ekonomi tambahan yang dialami kelompok ini menjadi salah satu penyebab utama melemahnya daya beli mereka.

"Langkah utama yang perlu dilakukan adalah memperbaiki atau memulihkan pertumbuhan ekonomi, terutama dengan meningkatkan kemampuan daya beli kelas menengah. Beban-beban tambahan yang menggerus daya beli mereka harus dikurangi," tambahnya.

Meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III-2024 tercatat sebesar 5,03 persen (c-to-c), penurunan penjualan mobil menunjukkan bahwa pertumbuhan tersebut belum sepenuhnya berdampak positif pada daya beli masyarakat kelas menengah.

Hal ini menandakan perlunya perhatian lebih terhadap kelompok ini agar mereka dapat berkontribusi kembali terhadap perekonomian.

Baca juga: Honda dan Nissan Merger, Ciptakan Grup Otomotif Terbesar Ketiga

Pentingnya Kolaborasi dan Inovasi

Menurut Agus, kolaborasi antara pemerintah dan pelaku industri sangat penting untuk menciptakan kebijakan yang mendukung daya beli masyarakat.

"Industri otomotif harus tanggap terhadap kondisi pasar. Produk-produk yang ramah di kantong namun tetap berkualitas bisa menjadi solusi jangka pendek," ujarnya.

Inovasi produk yang lebih terjangkau dan relevan dengan kebutuhan masyarakat saat ini diharapkan dapat memulihkan gairah sektor otomotif.

Dengan berbagai upaya tersebut, Agus tetap optimis bahwa sektor otomotif dapat pulih dalam beberapa tahun ke depan, asalkan dukungan terhadap kelas menengah sebagai motor penggerak ekonomi nasional terus menjadi prioritas.

Semua pihak harus berkomitmen untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi daya beli masyarakat demi masa depan industri otomotif yang lebih cerah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau