Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Truk Tidak Bisa Selamanya Diandalkan Jadi Kendaraan Logistik

Kompas.com - 01/01/2023, 18:41 WIB
Janlika Putri Indah Sari,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

 

JAKARTA, KOMPAS.com – Truk hingga saat ini masih menjadi kendaraan pilihan dalam mengangkut muatan logistik menuju pelabuhan laut atau pelabuhan daratan (dry port).

Akan tetapi, fenomena truk over dimension over loading (ODOL) masih menjadi permasalahan yang sulit diatasi hingga saat ini. Tidak hanya itu, truk menjadi salah satu kendaraan berat yang menyumbang polusi udara.

Erik van Zanten Peneliti HAN University memaparkan, jika penggunaan angkutan multimoda yakni tongkang dan kereta api dapat mengurangi emisi gas buang yang ditimbulkan dibandingkan jika hanya menggunakan angkutan darat terutama kendaraan truk.

Baca juga: Bengkel Ini Sedia Motor Custom Bobber, Harga Cuma Rp 19 Jutaan

“Truk yang dioperasikan di jalan perkotaan menghasilkan 195 gCO2/tkm (gram CO2 per ton kilometer travelled) dan apabila menggunakan kapal tongkang (Barge) menghasilkan 31,6 gCO2/tkm. Sementara itu, untuk kereta api menghasilkan lebih sedikit polusi yaitu 24 gCO2/tkm,” kata Erik dikutip dari baketrans.dephub.go.id, Minggu (1/1/2023).


Menurut Erik, aktifitas utama dry port adalah melakukan penanganan dan pengirimkan container. Maka dari itu infrastrukturnya haruslah lengkap dan terjamin. Kemudian, diperlukan waktu yang pendek untuk dapat menjangkau jalan masuk ke dry port dari halaman pelabuhan laut.

Melengkapi hal tersebut, Kepala Pusat Kebijakan Sarana Transportasi Gunung Hutapea menyampaikan bahwa pemerintah perlu mengembangkan sistem tarnsportasi yang terintegrasi dengan kawasan industri.

Diskusi  Tim Peneliti Logistik dan dosen HAN University of Applied Sciences bersama BINUS University mengenai Dryport to Dryport (DP2DP) Project Gelderland -West Java. 
Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Diskusi Tim Peneliti Logistik dan dosen HAN University of Applied Sciences bersama BINUS University mengenai Dryport to Dryport (DP2DP) Project Gelderland -West Java.

“Pemerintah perlu mengembangkan sistem transportasi yang terintegrasi dengan kawasan industri seperti menggunakan kapal tongkang dan kereta api untuk kelancaran angkutan logistik keluar dan menuju Pelabuhan laut maupun Pelabuhan daratan (Dry Port), serta kolaborasi antar pelabuhan seperti Pelabuhan Patimban dengan Pelabuhan Tanjung Priok untuk mendukung kegiatan logistik di Indonesia,” kata Gunung pada keterangan yang sama.

Baca juga: 8 Juta Orang Bepergian dengan Angkutan Umum Selama Nataru

Menurut Gunung, melalui pembangunan dry port diharapkan dapat mendukung aktifitas di pelabuhan laut yang memiliki tingkat BOR (Beuth Occupancy Ratio) atau tingkat penggunaan dermaga dan tingkat YOR (Yard Occupancy Ratio) atau tingkat penggunaan lapangan petikemas yang tinggi.

Pada akhirnya, cara tersebut akan mengurangi kemacetan di pelabuhan dan mempercepat waktu untuk melakukan aktifitas bongkar muat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com