Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Benar Isi Bensin Eceran Bisa Berdampak Buruk bagi Mobil?

Kompas.com - 16/08/2022, 12:31 WIB
Dicky Aditya Wijaya,
Stanly Ravel

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Sampai saat ini, tak sedikit masyarakat pengguna kendaraan yang masih membeli bahan bakar minyak (BBM) secara eceran dengan berbagai alasan.

Mulai dengan menghindari keramaian di SPBU, atau memang lantaran sulit mencari SPBU terdekat di wilayahnya.

Selain dijual dengan harga yang sedikit lebih mahal, ternyata ada anggapan bensin eceran yang dijajakan dengan botol-botol literan memiliki kualitas yang buruk.

Menanggapi hal itu, Dosen Konversi Energi Otomotif Universitas Negeri Semarang Widya Aryadi mengatakan, baik atau buruknya kualitas bahan bakar eceran tak bisa dipastikan sebelum masuk uji laboratorium. 

Baca juga: Sederet Mobil Konsep yang Dipajang di GIIAS 2022

Bensin eceran yang dijual di sepanjang jalan Eltari Kefamenanu dijual per botolnya Rp 10.000 sejak Agustus 2014 lalu.Kompas.com/Sigiranus Marutho Bere Bensin eceran yang dijual di sepanjang jalan Eltari Kefamenanu dijual per botolnya Rp 10.000 sejak Agustus 2014 lalu.

"Kualitas BBM bisa berbeda, penyebabnya dari proses distribusi bisa saja cairan bahan bakar terkontaminasi sulfur atau endapan partikel berbahaya," kata Widya dihubungi Kompas.com, Senin (15/8/2022).

Widya menjelaskan, bahan bakar yang sudah terkontaminasi kotoran bisa berdampak buruk bagi komponen mesin.

Jalur bahan bakar dan pengapian yang tersumbat mengakibatkan tenaga dan akselerasi mesin bisa berkurang. Kandungan sulfur yang tinggi juga tidak baik dan sangat berbahaya. 

Kondisi ruang bakar mesin yang baikDicky Aditya Wijaya Kondisi ruang bakar mesin yang baik

"Saluran bahan bakar dari filter, injektor yang tersumbat bisa memengaruhi kinerja sistem pembakaran. Timing jeda waktu pembakaran mesin mundur dikarenakan terjadi penyesuaian data informasi ECU," ucpanya. 

Kotoran dari dalam tangki yang naik akan terhisap bagian injektor. Setelah itu, mekanisme kerja ruang bakar berubah karena pasokan udara dan bahan bakar yang terbaca perangkat ECU tak seimbang. 

Sementara itu, Bambang Sri Haryanto Kepala Bengkel Toyota Nasmoco Majapahit Semarang mengatakan, boleh saja menggunakan bensin eceran asal oktan yang digunakan harus sesuai kompresi mobil. 

Baca juga: Update Harga BBM Pertamina, Shell, Vivo, dan BP Medio Agustus 2022

Penggunaan BBM oktan tinggi bagi mesin berdampak emisi gas buang yang dihasilkan lebih bersih dan tenaga tidak terpengaruh. 

Uji emisi gas buangAuto2000 Uji emisi gas buang

"Mobil-mobil baru sekarang ini spesifikasinya menggunakan kompresi mesin tinggi agar bahan bakar irit dan bertenaga. Jika didukung penggunaan BBM sesuai standar bisa membuat kualitas pembakaran mesin tetap baik," ujar dia. 

Baca juga: Sulawesi Tengah Mulai Memberlakukan Pelat Nomor Putih

Namun, Bambang mengingatkan, belum tentu kadar kualitas bensin eceran yang dijual tetap sesuai standar, bisa saja nilai oktan berubah dikarenakan terkontaminasi oleh material asing, yakni air dan zat kimia tertentu. Dengan demikian, angka oktan bisa turun. 

Ilustrasi pembelian Pertalite di SPBUPertamina Ilustrasi pembelian Pertalite di SPBU

Mobil yang menggunakan BBM kualitas buruk bisa menyebabkan sejumlah masalah baru, seperti mesin kurang bertenaga dan konsumsi bahan bakar lebih boros di kemudian hari. 

"Jika beberapa komponen seperti filter, injektor, dan busi bermasalah bisa menyebabkan tenaga mesin berkurang. Gejala ngelitik dirasakan, bahkan konsumsi BBM bisa lebih boros," tuturnya. 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com