Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengemudi Bus Belum Semua Paham Mengoperasikan Rem yang Benar

Kompas.com - 26/05/2022, 12:02 WIB
Muhammad Fathan Radityasani,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

BOGOR, KOMPAS.com - Kecelakaan bus karena salah pengoperasian masih saja terjadi di Indonesia. Misalnya seperti pada kecelakaan bus di Ciamis, pengemudi kemudian ditetapkan sebagai tersangka karena kurang antisipatif.

"Apalagi dihadapkan pada jalan yang menurun. Itu kami kaitkan dengan profesi yang bersangkutan sebagai sopir dipandang sudah cukup berpengalaman," kata Kapolres Ciamis AKBP Tony Prasetyo Yudhankoro dikutip dari Kompas Regional, Rabu (25/5/2022).

Masih ada kecenderungan pengemudi bus salah dalam mengoperasikan remnya. Mengingat rem yang ada di bus terbagi jadi dua, yakni utama dan pembantu.

Baca juga: Kencana Luxury Shuttle Beri Bocoran Bus Baru, Pakai Bodi Bus Tentrem

Suasana di lokasi terjadinya kecelakaan bus di Bukit Bego, Padukuhan Kedungbueng, Kalurahan Wukirsari, Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Minggu (6/2/2022). Sebanyak 13 penumpang bus tewas dalam kecelakaan maut yang diduga terjadi karena bus tidak kuat menanjak dan sopir yang tidak menguasai medan.KOMPAS.com/MARKUS YUWONO Suasana di lokasi terjadinya kecelakaan bus di Bukit Bego, Padukuhan Kedungbueng, Kalurahan Wukirsari, Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Minggu (6/2/2022). Sebanyak 13 penumpang bus tewas dalam kecelakaan maut yang diduga terjadi karena bus tidak kuat menanjak dan sopir yang tidak menguasai medan.

Senior Investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Ahmad Wildan mengatakan, sistem rem utama berfungsi untuk menghentikan putaran roda, wujudnya yaitu rem pedal (service brake) dan hand brake.

"Ini disebut juga dengan rem yang berbasis gesekan. Sistem rem ini berisiko ngeblong karena mengandalkan gesekan antara kampas dengan tromol, jadi risikonya tinggi,” ucap Wildan di Bogor belum lama ini.

Wildan mengatakan, gesekan antara kampas (non metal) dengan tromol (metal) salah satu pasti ada yang tidak tahan, yaitu kampas.

Baca juga: Konsumen Minta Harga Honda SUV RS Concept Mulai Rp 250 Jutaan

Ketika kampas kalah, koefisien geseknya turun sampai mendekati nol, maka akan terjadi brake fading.

Ketika kampas mengalami overheat dan terjadi brake fading. Percuma saja menginjak rem karena sudah tidak bisa menghentikan roda. Sistem rem kedua yaitu rem pembantu atau disebut rem yang tidak berbasis gesekan.

“Kerja dari rem pembantu yaitu memperlambat putaran mesin. Rem pembantu yang pertama yaitu engine brake, caranya dengan memasukkan gigi rendah saat berjalan menurun. Jadi mesinnya yang menahan kendaraan turun,” kata Wildan.

Kedua ada exhaust brake, atau biasa disebut dengan rem angin. Cara kerjanya, ada katup yang menutup lubang knalpot, sehingga tekanan di dalamnya meningkat dan kembali masuk ke ruang bakar mesin.

“Jadi saat piston mau ke titik mati atas (TMA), karena ada tekanan tadi, gerak piston jadi melambat. Saat gunakan exhaust brake, jangan pernah tambah gas, los saja,” ucapnya.

Wildan mengatakan, yang jadi masalah, pengemudi enggak tahu, saat gunakan exhaust brake, dia malah tambah gas. Ketidaktahuan ini jadi fatal, karena mesin dipaksa menjadikannya cepat rusak dan solar boros.

“Yang ketiga yaitu retarder, caranya, di propeller shaft dipasangi magnet yang arahnya berlawanan. Sehingga saat diaktifkan akan memperlambat putaran propeller shaft,” kata dia.

Ketika sudah menggunakan tiga rem pembantu ini, otomatis bus akan memperlambat laju dengan sendirinya. Jadi saat di turunan, pengemudi tidak perlu sering menginjak rem utama, sehingga risiko rem blong sangat kecil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau