Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mercy Tabrak Pembatas Jalan Akibat Sopir Mengantuk

Kompas.com - 14/04/2022, 03:42 WIB
Aprida Mega Nanda,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Satu unit Mecedes-Benz (Mercy) mengalami kecelakaan di Jalan Tol Jakarta Cikampek KM 3, wilayah Jakarta Timur, Rabu (13/4/2022).

Insiden tersebut terjadi diduga lantaran sopir Mercy mengantuk sehingga menabrak pembatas jalan.

“Jadi diduga ngantuk, oleng ke kanan, menabrak pembatas jalan itu,” ujar Kepala Unit Kecelakaan Lalu Lintas (Laka Lantas) Wilayah Jakarta Timur Iptu Seno Wibowo, dikutip dari Megapolitan Kompas.com, Rabu (13/4/2022).

Akibat kecelakaan tersebut sopir Mercy meninggal di tempat kejadian.

Baca juga: Siasati Blind Spot, Jangan Jadikan Spion Motor Sekadar Aksesori

Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu menegaskan, berkendara dalam keadaan mengantuk sama bahayanya seperti dalam kondisi mabuk.

“Jangan pernah memaksakan, lebih baik berhenti sebentar untuk menghilangkan rasa kantuk tersebut. Sebab, otak terlambat memberikan tanggapan akan tangkapan indera kita. Ketika dalam kondisi berkendara, tidak fokus selama beberapa detik saja bisa berakibat fatal,” ujar Jusri.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Dash Cam Owners Indonesia (@dashcam_owners_indonesia)

Menurut Jusri, kejadian yang dapat dialami para pengemudi di jalan adalah gejala microsleep. Ini dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang hendak melakukan perjalan jauh.

“Microsleep itu keadaan badan tertidur hanya sesaat. Mungkin sekitar 1 sampai 30 detik. Bisa juga saat mata terbuka, saat tengah berkendara. Ini tentu berbahaya,” katanya.

Jika pengemudi sejak awal merasakan kantuk atau lelah, Jusri menyarankan, sebaiknya gunakan transportasi lain atau segera berhenti di tempat aman.

Bisa juga diisi dengan aktivitas lain yang sifatnya menghilangkan kantuk. Seperti mendengarkan musik, mengajak penumpang yang ada di sebelah untuk mengobrol, ataupun stimulasi otak dengan membaca apa yang terlihat.

“Apabila sudah tidak kuat, lebih baik pengemudi cari tempat yang benar-benar aman dan tidur, kemudian setelah segar diperbolehkan melanjutkan perjalanan lagi,” kata Jusri.

Baca juga: Sembarang Potong Jalan, Jadi Potret Berkendara di Indonesia

Ilustrasi microsleep, microsleep saat berkendaraShutterstock/lightpoet Ilustrasi microsleep, microsleep saat berkendara

Sementara itu Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana menambahkan, musuh dari para pengemudi itu adalah ngantuk, lelah, dan yang paling fatal adalah emosi.

“Mengemudi harus mempertahankan fokus, kewaspadaan dan kondisi fisik. Hal ini bisa didapat dari istirahat yang berkualitas. Istirahat berkala selama di perjalanan, asupan makanan dan minuman yang benar, serta menjaga emosi. Sehingga oksigen di dalam darah lancar,” ucap Sony.

Menurut Sony, ada satu hal yang jarang dilakukan oleh pengendara yakni Commentary Driving.

Baca juga: Bahaya Nekat Terobos Perlintasan Kereta Api

Commentary Driving sendiri merupakan sebuah metode berkendara dengan menyebutkan potensi-potensi bahaya dan dengan berbicara secara otomatis sehingga rahang bergerak memompa oksigen ke otak. Metode ini juga membuat pengemudi mampu bereaksi positif ketika harus mengantisipasi.

“Ini standar cara berkendara dengan defensive (proaktif), mudah tapi tidak banyak yang tahu. Walaupun tahu, tidak dilakukan karena merasa belum ada manfaatnya,” ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau