Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/01/2022, 13:22 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com – Kasus kecelakaan truk di Balikpapan secara tidak langsung memperlihatkan kompetensi sopirnya yang kurang. Jika sopirnya kompeten, mungkin saja kecelakaan truk bisa dikurangi di jalanan.

Sopir truk yang kompeten tahu bagaimana cara mengemudi yang benar, bahkan mulai dari mempersiapkan kendaraannya sebelum berjalan. Jadi ketika di jalan, risiko kecelakaan bisa diminimalisir.

Namun, pencarian sopir truk yang kompeten ternyata sulit. Para pengusaha truk pun banyak yang mengeluhkan sulitnya mendapatkan sopir yang kompeten serta aman ketika menyetir di jalanan.

Baca juga: Ada Banyak Penyebab Rem Blong Pada Truk, Utama Karena Kurang Perawatan

Tangkapan layar rekaman CCTV saat kecelakaan beruntun di turunan simpang Muara Rapak, Balikpapan, Jumat (21/1/2022) pagi sekitar pukul 06.15 Wita. Kecelakaan yang diduga karena truk mengalami rem blong itu mengakibatkan sedikitnya 4 orang tewas, 1 orang kritis, 3 orang mengalami operasi tulang patah, dan 5 orang luka ringan.HO/TANGKAPAN LAYAR CCTV DISHUB B Tangkapan layar rekaman CCTV saat kecelakaan beruntun di turunan simpang Muara Rapak, Balikpapan, Jumat (21/1/2022) pagi sekitar pukul 06.15 Wita. Kecelakaan yang diduga karena truk mengalami rem blong itu mengakibatkan sedikitnya 4 orang tewas, 1 orang kritis, 3 orang mengalami operasi tulang patah, dan 5 orang luka ringan.

Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Jawa Tengah dan DIY Bambang Widjanarko mengatakan, zaman sekarang, mencari orang yang mau menjadi sopir truk sangat sulit dan ada penyebabnya.

Pekerjaan sopir truk bukan salah satu impian orang di Indonesia. Berbeda halnya dengan di Amerika atau Eropa, ada orang dari kecil bercita-cita jadi sopir truk. Di sana, sopir truk digambarkan sebagai sosok pahlawan, baik, melayani masyarakat, bersih dan santun,” ucapnya kepada Kompas.com belum lama ini.

Sedangkan di Indonesia, sopir truk kerap dikonotasikan sebagai orang yang tidak punya pilihan pekerjaan lain. Bahkan menurut Bambang, sopir truk di Indonesia kerap dianggap sebagai orang yang tidak berpendidikan.

Baca juga: Mengenal Jenis Pelat Nomor Dewa yang Kini Banyak Ditilang Polisi

Salah satu munculnya anggapan ini adalah kurangnya dukungan pemerintah dalam menyediakan lembaga pendidikan sopir. Oleh karena itu, banyak sopir truk yang berawal dari kernet, bukan dari lembaga pelatihan.

“Karena bukan menjadi pekerjaan impian, makanya yang jadi sopir itu orang-orang yang seadanya saja. Misalnya orang nganggur terus jadi kernet, nanti diajarin sama sopir buat maju-mundur, nanti di jalan disuruh gantiin sopir,” kata Bambang.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com