Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kecelakaan Truk di Rapak Balikpapan, Kenapa Sopir Tidak Buang Badan Truk ke Kiri?

Kompas.com - 21/01/2022, 10:44 WIB
Gilang Satria,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kecelakaan beruntun di turunan simpang Muara Rapak, Balikpapan, Kalimantan Timur, Jumat (21/1/2022). Diduga disebabkan truk tronton mengalami rem blong saat menuruni jalur.

Truk menabrak kendaraan lain di depannya yang sedang berhenti menunggu pergantian lampu merah. Kejadian pada pagi sekitar pukul 06.15 WITA dilaporkan 21 kendaraan terlibat kecelakaan dan mengakibatkan 4 orang meninggal dunia.

Dalam rekaman CCTV terlihat truk menabrak kendaraan di depannya dari belakang secara lurus dan langsung hingga kurang lebih sejauh 100 meter.

Baca juga: Bukan Cuma Gage, Mobil Pelat Dewa Jangan Kebal Melanggar Aturan Lain

Tangkapan layar rekaman CCTV saat kecelakaan beruntun di di turunan simpang Muara Rapak, Balikpapan, Jumat (21/1/2022) pagi sekitar pukul 06.15 Wita. Istimewa Tangkapan layar rekaman CCTV saat kecelakaan beruntun di di turunan simpang Muara Rapak, Balikpapan, Jumat (21/1/2022) pagi sekitar pukul 06.15 Wita.

Melihat rekaman tersebut timbul pertanyaan apa yang mesti dilakukan sopir dalam keadaan tersebut. Padahal kalau dilihat di sebelah kiri ada jalur kosong dan pepohonan.

Logika sederhana ialah sopir bisa saja menghindari tabrakan beruntun dari belakang jika berani mengambil risiko membuang badan truk ke daerah pepohonan.

Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana mengatakan, sulit mengambil keputusan di saat genting. Tapi hal itu juga berkaitan dengan pengalaman sang sopir.

"Ini agak susah karena berhubungan dengan jam terbang. Kalau pengemudi yang jam terbangnya tinggi dia bisa mengambil tindakan atau keputusan yang paling tidak tingkat kerugiannya kecil," kata Sony kepada Kompas.com, Jumat (21/1/1022).

Sony mengatakan, mengapa sopir lurus dan tidak mengambil tindakan buang badan itu harus ditanya ke pihak terkait. Tapi ada dasar asumsi mengapa hal itu dilakukan.

Baca juga: Indonesia Incar Belarusia Jadi Tujuan Ekspor Komponen Otomotif

Kemacetan di Jalan Yos Sudarso, Tanjung Priok, Jakarta Utara, imbas kecelakaan truk di Cilincing, Jumat (21/1/2022).Instagram/@jktinfo Kemacetan di Jalan Yos Sudarso, Tanjung Priok, Jakarta Utara, imbas kecelakaan truk di Cilincing, Jumat (21/1/2022).

"Ada asumsi begini, ketika dia tidak memiliki jam terbang banyak dia akan berpikir untuk mengamankan dirinya. Ada pohon ada kendaraan, pikirannya kalau nabrak pohon fatal pasti, kalau kendaraan tidak fatal. Karena kendaraan akan kalah dan bergeser," katanya.

Karena itu kata Sony, pentingnya jam terbang sopir saat membawa kendaraan besar. Karena dengan tingkat risiko yang besar maka tanggung jawabnya juga makin besar.

"Di sini saya bisa bilang pentingnya jam terbang yang tidak sedikit. Karena dia tidak berpikir keselamatan orang lain," katanya.

Antisipasi Rem Blong

Kecelakaan di JLS akibat rem truk blong mengakibatkan empat orang luka-luka.KOMPAS.com/Ist Kecelakaan di JLS akibat rem truk blong mengakibatkan empat orang luka-luka.

Kecelakaan yang melibatkan banyak kendaraan ini diduga rem truk yang blong, sehingga pengemudi tidak bisa mengendalikan kendaraan hingga akhirnya menabrak enam unit mobil, dan 10 sepeda motor.

Perlu diketahui, rem truk berbeda daripada mobil kecil. Kebanyakan truk sudah menggunakan sistem full air brake atau rem angin pada pengeremannya. Sedangkan mobil biasa masih menggunakan rem minyak atau hidrolik.

Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan, sistem yang berbeda tentu membutuhkan perawatan yang berbeda pula.

“Rem truk dan rem angin membutuhkan pemeriksaan kelaikan sebelum, saat, dan setelah mengemudi,” ucap Jusri kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.

Sebelum mengemudi truk dengan rem angin, maka setiap pagi mereka harus memeriksa air brake check. Diperhatikan slack adjuster di chamber untuk memastikan keseimbangan distribusi angin ke masing-masing roda.

Tangkapan layar rekaman CCTV saat kecelakaan beruntun di di turunan simpang Muara Rapak, Balikpapan, Jumat (21/1/2022) pagi sekitar pukul 06.15 Wita. Istimewa Tangkapan layar rekaman CCTV saat kecelakaan beruntun di di turunan simpang Muara Rapak, Balikpapan, Jumat (21/1/2022) pagi sekitar pukul 06.15 Wita.

Pengemudi harus membuang angin dari air tank sebelum menghidupkan mesin. Ini harus dilakukan setiap hari karena udara yang ada di tangki akan menjadi air di pagi hari. Jika dibiarkan bisa jadi angin palsu yang membuat kemampuan rem berkurang.

“Kemudian periksa apakah ada kebocoran, lalu nyalakan mesin selama satu menit, seharusnya udara di tangki sudah kembali terisi. Sebelum jalan, periksa dengan menginjak rem, memastikan bekerja atau tidak,” kata dia.

Saat mengemudi, rem kaki pada truk atau service brake sebaiknya jangan terus digunakan. Manfaatkan rem lain seperti exhaust brake, engine brake dan retarder untuk mengurangi laju kendaraan.

Baca juga: Polri Sebut Kecelakaan Truk di Rapak Balikpapan karena Rem Blong

Menurut Jusri, tujuan menggunakan exhaust brake bukan untuk menghentikan kendaraan, tetapi mengurangi lajunya. Sehingga kerja service brake tidak bekerja terlalu berat.

“Karena jika sering digunakan, bisa mengalami panas berlebih dan akan menjadi penurunan performa rem atau brake fading,” katanya.

Adapun ketika kendaraan selesai bertugas, ada kebiasaan buruk dari pengemudi untuk mendinginkan rem, yaitu disiram dengan air. Padahal ini bisa menyebabkan konstruksi rem akan rusak.

“Kemudian lakukan post driving check. Pastikan kondisi kendaraan itu laik, cek selang angin dan lainnya. Kemudian pengemudi juga harus buang angin yang ada di tangki agar tidak terjadi penumpukan,” ucap Jusri.

Selain itu, Jusri menyarankan, jika tangki udara kosong pada truk yang full air brake rem akan mengunci sehingga tidak bergerak kemana-mana, jadi lebih aman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com